SUMBER-SUMBER KEPEMIMPINAN - Yudhie Haryono


Kini, kita tidur dengan bantal yang sama, tapi dengan mimpi yang berbeda. Maka, tak ada yang lebih pedih daripada kehilangan mimpi-mimpimu. Kita tidur di kasur yang sama, tapi dengan cita-cita yang berbeda. Maka, tak ada yang lebih perih saat kasihku tak mungkin beralih. Kita hidup di negeri yang sama, tapi dengan program yang berbeda. Maka, menyatu dalam waktu yang berjalan. Tetapi aku kini sendirian. Menatap negeri ini hanya bayangan.

Maka, dari manakah kini kita bisa berharap pemimpin baru visioner akan lahir? Jika pendekatannya lama maka sumber kepemimpinan kita cuma enam:

  1. Parpol
  2. Ormas
  3. TNI
  4. Kampus/Pesantren
  5. Pasar
  6. Birokrasi.

Keenam sumber ini telah memberikan putra-putra terbaiknya dalam memimpin Indonesia. Apa hasilnya? Jalan setapak, mundur tiga langkah. Poco-poco. Mereka bahkan menjadi rahim bagi lahirnya oligark, kleptokrak, kartelik dan predatorik.

Lek Karno adalah representasi terbaik dari parpol. Lek Dur adalah representasi ormas. Lek Harto adlh representasi TNI. Lek Beye adalah representasi kampus. Lik Mega dan Lek Joko adalah representasi pasar. Lek Habibi dan Lek Syafruddin adalah representasi birokrasi. Tentu kita bisa berdebat soal kesesuain dari para presiden dan representasinya. Tapi itu adalah kenyataan yang sulit terbantahkan walau saling beririsan.

Tetapi, ada satu sumber kepemimpinan yang kita lupakan. Yaitu buruh dan pekerja. Merekalah powefulness of the powerless. Mereka adalah kaum penuh kekuatan yang belum berkuasa. Sebab, keberkuasaan mereka belum berdaya.

Padahal, dalam kebelumberdayaannya, mereka mampu menggetarkan jagat raya: menggentarkan dunia sekitar, para juragan, pamong praja dan penguasa bahkan taipan-taipan penghuni syorga. Bayangkan jika mereka menemukan Chaves dan Ahmadinejad dengan visi-missi atlantik dan pancasila. Aku bersumpah berdiri tegar di belakangnya.

Tentu, dalam projek indonesia purba, mereka berhasil dilumpuhkan. Dituduh stigma PKI dan sumber malapetaka kapitalisme dan cukong-cukong penikmat SDA&SDM kita. Tetapi, dalam sejaran indonesia baru, kaum ini bangkit. Menggeliat pasti.

Mereka kini melihat kekuasaan negara begitu nyata walaupun misterinya tak habis-habis. Nyata karena bisa membangun sekaligus menghancurkan: membius tapi mewaraskan: mendamaikan juga menumpahkan perlawanan. Misterius karena "membuat lupa" siapa saja dan menjumlahkan luka baru saat luka-luka lama tak tersembuhkan.

Maka, sejarah buruh di kita adalah sejarah kesadaran. Tentang semesta keadilan dan kebahagiaan berbasis sama rata-sama rasa. Tanpa memahami itu, sejarah mereka akan berulang. Kalah dan dihempaskan zaman.

Aku menuliskan ini buat Bung Muhamad Rusdi dkk. Agar jadi kacabenggala bahwa yang mencapai keberhasilan di indonesia sesungguhnya tidak benar-benar berhasil: tidak benar-benar berkuasa: tidak benar-benar menang. Sebab perjuangan dan revolusi sesungguhnya never ending proses. Tak ada hari kiyamat. Tak ada malam tanpa siang.

Sungguhpun begitu, kekuatan ketujuh dan sumber kepemimpinan ini layak besiap diri. Jika salah tujuan, nasib kalian seperti PKS: parte kesandung sapi dan selingkuhan. Berhenti di antara dada dan paha. Ditertawakan sejarah karena ujungnya sama: tempat manusia buang sampah dan hajat saja.

Kini, izinkan kami berucap lantang: JANGAN KECEWAKAN MANUSIA INDONESIA. Mari kita tikam mati para begundal tepat di jantungnya. Agar penyakit kesialan dan kemunafikan tak menyebar dan menulari sesama anak bangsa. Merdeka, mandiri, modern dan martabatif, inilah missi kita. Berkonstitusi, inilah visi kita. Crank, inilah ciri-ciri kita. Bernalar-Berevolusi-Berikhlas. Lahir, jihad, syahid. Trilogi hidup yang harus selalu diurus.

***

0 comments:

Post a Comment