KIDUNG KITAB KESENTOSAAN - Yudhie Haryono


Demi hikmah, puja-puji nurani manusia dan peradaban. Petunjuk menjalani kehidupan. Petajalan mengarungi alamraya.

Inilah kalam suci darmabakti bagi segala bangsa, segenap manusia berkenaan perkara-perkara yang telah, sedang dan akan terjadi di jagad semesta.

Supaya ditunjukan jalan yang pasti, kebenaran yang membuahkan kebaikan. Agar kita tak mati sia-sia, muspro seperti sebagian generasi sebelumnya.

Petunjuk yang menyelamatkan dan membahagiakan serta menjanjikan kedamaian yang besar di semua waktu dan tempat. Jalan lurus penuh kebajikan.

Pengingat agar manusia hidup saling mengasihi dan menyayangi. Penyembuh luka-luka akibat kesalahan-kesalahan manusia terhadap diri dan sekitarnya.

Berbahagialah yang memahami pesan dalam kalam suci ini. Salam dari semua yang berperan dalam penulisan dan penyampaian serta produksinya.

Dan dari yang tunggal, kreator alam semesta, yang mencipta dalam dirinya sendiri. Bukan dari mana-mana. Tetapi dari dalam yang murni.

Yang disebut manusia dengan berbagai nama dari masa ke masa dalam beragam kebudayaan dan berbagai peradaban di semesta alam ini.

Dengarlah perumpamaan tentang anak manusia yang terlahir suci: kapanpun, di manapun dan oleh siapapun.

Tetapi, sebagian manusia yang jahat hatinya melemparkan tombak-tombak iri, dengki dan kebencian padanya. Ingin membunuh dan melenyapkannya.

Karena ia yang datang adalah batu ujian, yang akan menghentikan mereka dari kesenangannya dan menjadi pertanda datangnya hari kebahagiaan yang besar.

Manusia berbagai bangsa berbahagia melihat sang penghibur yang dijanjikan. Bersyukur datangnya pemberi jalan keluar dari kesusahan yang panjang. Dari paria masa lalu. Dari kesumpekan masa kini.

Yang mengajarkan dan membangkitkan hikmah kebijaksanaan terpendam di dasar kerakusan sesama. Mendendangkan pancasila yang sila-silanya bersinar penuh pesona.

Lalu menunjukan jalan-jalan keselamatan dan petunjuk hidup yang kekal yaitu jalan kebahagian besar, yang ada dan selalu ada selama-lamanya bagi manusia.

Dengannya kita memunculkan kerajaan kesentosaan berdiri tegak di bumi. Dengannya kita meneladani yang bijak di masa lalu dan terus menjadi bajik di sepanjang masa.

Semoga kita menjadi bangsa yang besar, negara yang raya, manusia teladan dalam menjalankan tata hidup kegotong-royongan yang berkasih sayang. Peradaban mercusuar yang dikisahkan demi kesentosaan.

Ya. Ikatan kesentosaan ini telah mempertemukan kita untuk beribu alasan. Entah untuk memberi atau untuk menerima. Entah untuk belajar atau untuk menjadi murid. Entah untuk bercerita atau untuk mendengarkan. Entah untuk sementara atau untuk selamanya. Entah akan menjadi bagian terpenting atau hanya untuk sekadarnya.

Semua tidak akan ada yang sia-sia, kerana takdir yang mempertemukan dan membuat jalan ceritanya.

Kehidupan kita saling mengisi; saling menghormati; tepo saliro. Jadi jika ada perbedaan, itu adalah hal yang sangat biasa.. Tidak perlu diperbesar dan jangan jadikan ia puncak perpecahan sehingga memutuskan tali kemanusiaan yang sudah terjalin.

Mungkin kehadiran kita adalah jawaban atas doa-doa saudara kita. Sebagaimana mereka mungkin adalah jawaban atas doa-doa kita. Jika sudah menjadi takdir alam raya, meski  jarak berjuta kilometer jauhnya, kita tetap akan dipertemukan, dalam satu ikatan persaudaraan dan persatuan bangsa-bangsa maupun kemanusiaan sejagat raya.

***

0 comments:

Post a Comment