Cerpen "YANG DITUNGGU" - Yudhie Haryono


Tuhan pada akhirnya ada dua: tuhan pelarian dan tuhan penemuan. Hantu juga ada dua: hantu jejadian dan hantu bayangan. Kekasih juga ada dua: kekasih pelarian dan kekasih harapan.

Kalian pilih yang mana? Engkau mendapati yang bagaimana? Sebab, boleh jadi engkau menginginkan si-A, tapi alam raya mengirimkan si-B untukmu.

Bisa juga engkau memimpikan si-B, tapi alam raya mengirimkan si-A untukmu. Dunia adalah maha "mungkin" dari yang tidak mungkin bagi manusia.

Nasehatku. Fatwaku. Firmanku dan petuahku buatmu adalah, "beranilah walau sendirian. Kuatlah walaupun tanpa kawan. Bahagialah walau hampa tangan. Tersenyumlah walau tuhan, hantu dan hutan tak pedulikan."

Engkau harus menentukan. Bercinta atau bertengkar. Sendiri atau bersama. Ini urgen. Sebab, kiyamat hanya ilusi kaum yang berjalan sendirian. Sedang berjalan berdua atau bergerombol adalah kebahagiaan penunda kiyamat dan kesepian. Kiyamat menjauh. Tak rapuh menempuh; tak kuat sekarat.

Demi hujan yang membanjirkan. Demi kalam yang menangiskan. Pada takdirnya, semua pesta ada akhirnya; semua kebahagiaan selalu perlu titik dan koma.

Karena itu, manusia tidak dapat memperoleh cinta dan kesejatian sampai setelah sedih dan merasakan perpisahan. Semua kan hadir penuh ternak dan wewangi tumbuhan yang darinya kesabaran pahit berkecambah.

Tunas-tunas kesulitan membuat putus asa seperti sepoi angin yang memproduksi kantuk dan suntuk. Sebab menunggu adalah pekerjaan paling membosankan.

Kini, tidurlah kekasihku, agar tahu waktu jahat kabarkan yang ditunggu tak datang-datang dan yang datang tak ditunggu-tunggu.

Tetapi, mimpi indah akan menemukan jiwamu. Jiwa yang tidak takut pada gelap malam; kelam yang mengerikan karena cinta seringkali disadari saat setelah kematian; kerinduan saat kesepian.

Kasih. Saat sepi. Saat sunyi. Ketika rindu. Kala cinta. Binar mati dan sakaw mirip-mirip saja. Terkadang kesejatian dan kebahagiaan justru didapat pada saat pergantian "kekasih harapan" ke "lelaki candangan." Seperti sepakbola yang sering kita lihat: kemenangannya karena gol pemain pengganti.

Sambil menggerutu. Kuseru-seru namanya: Tuhan~Adakah yang lebih menggentarkan dari kesyahduan manusia yang memilih menjadi tua sambil merindukan pujaannya yang tak mungkin datang padanya?

Hantu~Adakah yang lebih menakjubkan menyaksikan seorang kekasih yang memilih bersama dengan yang mencintainya sampai tahu bahwa iapun mencintainya?

Tentu saja, di antara hantu dan tuhan, Aku ingin menjadi novel indah dalam hobi bacamu. Aku ingin menjadi kitab suci dalam hari tartilmu. Terlebih semua yang ada, sesungguhnya bahagia dan ringan saja.

Hutan~Adakah mukjizat yang lebih sadis dari pengorbanan manusia yang memilih bertahan dalam kesakitan dan kehancuran dirinya demi gengsi yang tak berderet ukur?

Kasih~Adakah cinta yang lebih dungu dari timbunan karat kangenku padamu? Yang tak semua semut hitam tahu. Juga malaikat dan gendurwo mengerti.

Tentu saja, di antara kasih dan hutan, Aku ingin menjadi majikan bagi diri sendiri yang menafkahi alam raya bagai petir halus yang koprolnya terjual habis.

Aku ingin bagai salju yang malas hadir kecuali dengan kesyahduan dingin rindu menggebu-gebu. Terlebih di Indonesia negeri lucu-lucu dan tipu-tipu di mana petruk bisa jadi ratu. Raja penuh keluguan tapi penuh kebatilan.

***

0 comments:

Post a Comment