Tsun Tzu, dalam “the art of War” merisalahkan sebuah ontology sekaligus aksiology Jalan Pedang, pukulan dan pelukan. Dua teknik itu sesungguhnya, sebuah tools. Jika diterapkan dengan tepat maka ia akan membekas. Kini, setelah dua tahun kita menghadapi pandemi, bahkan kini bergeser menjadi epidemi. Bahkan satu sisi, nyaris kita (Indonesia) tak menyadari bahwa ini adalah “the battle of medicine”.

Siasat pertempuran yang dirisalahkan Tsun Tzu, kini diterapkan oleh Intelejen China. Desas desus dari mana asal virus itu hadir pun mencuat. Rumor itu muncul jika virus itu diinjeksi oleh Tiongkok. Namun data dan informasi itu belum cukup. Terkecuali menggunakan teknik kontra intelejen. Siapa saja bisa menghembuskan issue. Smoke screen & Insurgency.

Di era dunia yang serba dilipat, Jalan Pedang,  Pukulan dan pelukan yang saya coba adaptasikan adalah anthropology of War Tiongkok. Perlakuan itu sangat membekas dan beresidu pekat.

Salah satu teknis operasinya adalah menggunakan Tik Tok sebagai media. Meminjam istilah Naipaul dalam The Mimic Men adalah “Cultural Displacement”, nyaris kita diminta bergeser.

Pergesaran itu meresonansi banyak hal. Pada gilirannya,  ia merusltan seperti apa yang disebut oleh Hommy K Bhaba sebagai hibriditas, mimikri dan ambivalensi.

Sebagai bekas negara jajahan, hadirnya Tik Tok meneguhkan trilogy yang disampaikan Bhaba. Semua tak menyadari sisi ini adalah sebuah teknis pertempuran yang serius dalam agenda mengkonstruksi “one belt one road”. Tentu saja, Tiongkok tidak salah. Ini merupakan kejeniusan bernegara.

Apa yang telah dirisalahkn para leluhur mereka teruskan melalui kerja-kerja raksasa.  Kesiap-siagaan  disiapkan secara sistematis.

Indonesia Raya

Meresapi judul lagu Indonesia Raya. kita akan menemukan energi tentang visi negara besar dan berpengaruh dimasa-masa yang akan datang sejak lirik lagu itu digubah dan di aransemen oleh Wage Rudolf Supratman.

Dalam  sisi “perang anthropologi” Pergerakan strategis hingga taktis untuk mengarus utamakan dari spirit lagu kebangsaan masih jauh api dari panggang.

Konsep “Indonesia raya” tak akan ber energi tanpa adanya karya & produk besar yang diciptakan. Kita akan menjadi negara konsumen. Menjadi obyek pasar atas produk-produk negara lain.

Sebab, nyaris semua yang kita sandang adalah buah karya negara lain. Dari pakaian dan penunjang kehidupan sehari-hari. (Teknologi dan informasi)

Sembari kita mengkhianatinya, ia akan lapuk oleh zaman. Selamanya akan menjadi ceremonial kosong saat bendera dikibarkan. Selalu tumbang dan tertatih dalam medan pertempuran.

(Reseacher of Defense Postkolonial Studies Nusantara Centre)