SEKALI LAGI SOAL HARGA DIRI - Yudhie Haryono


Tak banyak yang meragukan intelektualisme Andi Alfian (AAM). Tak sedikit yang memuja aktifisme Anas Urbaningrum (AU). Kerja keras keduanya dalam intelektualisme dan aktifisme diganjar berbagai penghargaan dan jabatan.

Keduanya rising stars yang bergerak lebih cepat dari telisik kaum tua. Keduanya menghentak zaman lebih keras dari intipan para totaliterisme (militer dan pemodal).

Tapi di tahun 2014 keduanya dibui. Dipenjara karena tuduhan korupsi (KPK).

Ini arus balik yang memilukan. Jika di tahun 1998 keduanya ikut (walau tanpa konsep) menghancurkan rezim Harto yang super KKN, lalu keduanya dianggap melakukan apa yg dulu mereka hancurkan.

Ada apakah dengan super-tragedi bangsa ini? Benarkah kita bangsa yang paling hebat mempertontonkan ironi tapi tidak belajar darinya?

Benarkah kita paling cerdas membangun dan kemudian menghancurkannya? Pokok soalnya ternyata "harga diri."

Apa itu? Harga diri adalah sikap menghormati diri sendiri dengan tidak melakukan tindakan tercela. Ia adalah sesuatu yang harus dijaga sampai mati.

Ia menghasilkan kehormatan: yaitu kesetiaan dalam menjalankan kebenaran. Yaitu posisi yang akhirnya melahirkan martabat. Dan, martabatlah yang membuat segalanya menjadi terhormat.

Harga diri adalah wujud dari keinginan untuk tetap terhormat sampai kiyamat. Ia adalah tindakan untuk menjaga martabat dengan melakukan tindakan berdasarkan asas kebenaran (nilai-nilai) dan tatanan (UU) secara kuat dan ketat.

Buah dari sikap itu adalah posisi "terhormat." Yaitu sikap yang diterima sebagai timbal balik dari tindakan menghargai orang lain dengan baik. Ini dapat dilakukan oleh siapapun dan kapanpun.

Bukan karena jabatan, kekuasaan dan kekayaan. Tetapi karena penghargaan dan pengabdian sebagai sesama manusia dan hamba Tuhan.

Sebab tugas manusia utama adalah memanusiakan manusia. Bukan yang lain. Manusia terhormat adalah manusia pancasila: manusia atlantis.

Kalau kita kehilangan mobil, kita hanya kehilangan sesuatu. Kalau kita kehilangan kekasih, kita hanya kehilangan seseorang. Tetapi kalau kita kehilangan martabat (harga diri), kita kehilangan segalanya. Ingat itu. Ingat dan jagalah sampai kiyamat.

Aku pernah menengok keduanya. Di sebuah penjara yang sangat menyesakkan dada. Dua teman yang (di)hilangkan martabatnya. Begitu kejam dan keras kehidupan kita.

***

0 comments:

Post a Comment