PUISI UNTUK BOPO GURU BONAR SIMANGUNSONG - Yudhie Haryono

Tak ada yang lebih sadis dari kabar kepergianmu. Telponku berdering-dering kudiamkan karena tubuhku terantuk takdir di ICU. Sekilas, kuanggap suara telpon dari panggilan istana seperti biasa saat mereka telah merampok dan akan menipu warganegara. Ya, kisah-kisah istana dalam tujuh tahun terakhir hanya itu: khianat, komplotan jahat dan mentalitas bejat. Tak tahunya, berita dan kabar duka. Padahal seminggu lalu, engkau masih menelponku untuk bertemu di rumah karena garasi mobil sudah disulap jadi kantor Nusantara Centre. Kantor yang akan meneruskan program dialog dengan podkes dan virtual. "Nanti setelah operasi kecil, kita bertemu lagi," katamu meyakinkanku. Saat itu, kita ngopi di dunkin donats Mall Cinere. Sejak tahun 2006, hampir dua minggu sekali kita dialog di situ. Lahir 3 buku dari tempat yang hampir bangkrut karena pandemi. Kini tempat itu tinggal kenangan. Dan, buku babon berjudul, "Laut Masa Depan Kita," untuk sementara berhenti berlayar. Bonar Simangunsong itu nama guru. Ya guru kami di kampus dan lembaga. Bagi kami "tak ada yang lebih fasih dalam iptek laut dan komputer yang melebihi ide-ide briliannya." Engkau menginspirasi kajian tol laut yang kini surut. Darimu, kami belajar hidup dan hidup belajar. Bahwa di nusantara, kita tak mesti jadi juara. Dari dialog-dialog itu lahir konsep "modern maritime state civic nationalism." Konsep negara modern berbasis maritim yang berideologi nasional kemanusiaan, yang akan segera kita praktekkan saat berada di istana. Jiwa bopo sangat nasionalis. Tak pandang siapa di depannya, yang penting ide dan gagasannya. Bopo sering berkata, "jangan sibukkan pikiran kalian pada hal-hal yang tidak dimiliki, tapi fokus pada hal-hal yang dicita-citakan." Yah, cita-cita membangun yayasan telah kesampaian. Berikutnya membangun kampus nusantara. Sebuah kampus yang akan jadi rumah kejeniusan dan kepemimpinan. Ide-ide itu terus kita gemakkan. Ke kampus di Semarang, di kota Purwokerto, di Jogjakarta, di Bogor dan bahkan di Medan. Lalu kita sempat ke beberapa lembaga negara: lemhanas, menko maritim, bapenas, perpusnas, istana wapres dan markas tentara. Belum seberapa, tapi narasi kelautan lebih bergairah. Yayasan Membangun Nusantara Kita yang akan membangun Universitas Nusantara serta memproduk buku-buku berkwalitas kebangsaan dan keindonesiaan itulah warisan kita semua. Kami akan terus realisasikan. Dan, sambil nanti kita ngopi di altarNya, kusampaikan bahwa Bopo orang sangat baik dan berjasa buat kami. So, selamat jalan, bopo. Tentu kami sangat kehilangan. Kesedihan dan tangis hari ini semoga makin menambah amal baik kita. We love you, bopo guru. (*)

0 comments:

Post a Comment