ONTANISME BIN ARABISME - Yudhie Haryono


Tuan-tuan yang baik. Bagi kalian pemuja "islam" dan arabis. Coba cari solusi dari data ini: Indonesia yang katanya mayoritas muslim dan doktrin pertamanya iqra (baca) ternyata hanya 0.01 tingkat rakus baca bukunya.

Data literasi UNESCO juga menyebut bahwa negeri ini peringkat 135 dalam produksi buku. Peringkat 138 dalam belanja buku. Dus, buku dan membaca belum jadi menu dan kebutuhan utama.

Kwalitas umat pada trendnya baru mengkafirkan-kafirkan sesama manusia karena ia merasa benar, yang lain salah. Ia bersama tuhan, yang lain bersama setan.

Ini juga ciri kalimat yang keluar dari seseorang yang tidak banyak baca buku. Padahal, siapa baru belajar satu buku atau satu agama, sesungguhnya ia belum berilmu, belum beragama.

Makanya, yang belum ketemu, mestinya ia akan terus mencari. Yang sudah bertemu, ia akan berhenti, mati. Tanpa mencari, ia bukan manusia. Tanpa membaca, ia hewan saja.

Dus, manusia itu seharusnya menjadi makhluk yang membaca. Terus secara rakus memupuk literasi menternak iptek.

Selebihnya, orang jenius mengetik masa depan. Orang cerdas mengkritik hari ini. Orang bodoh mengeluh dan ngerumpi ngrasani teman-temannya saja.

Arabis bin ontanis kini sedang trandi. Disukai media dan diidolakan. Seakan-akan itu segalanya: tak perlu buku, tak sudi pengetahuan, tak berciri kebersamaan.

Padahal pada akhirnya, hidup adalah mencari, memilih dan berhenti. Jika kita ingin tahu kwalitas seseorang, lihatlah apa yang ia cari, ia baca, ia pilih dan ia temukan lalu sampaikan ke publik.

***

0 comments:

Post a Comment