KETIDAKSADARAN BANGSA - Yudhie Haryono


Ini tak sepenuhnya tepat. Hanya hipotetik mencari tahu. Dari semua limbo yang menimpa. Kejahiliyahan dalam berbangsa dan bernegara yang berulang dan dalam. Mungkinkah kita mengalami ketidaksadaran kolektif? Menurut Carl Gustav Jung (2002), ketidaksadaran kolektif merupakan level terdalam dari psyche yang berisikan akumulasi dari pengalaman-pengamalan manusia yang diwariskan. Ketidaksadaran kolektif menjadi kumpulan ketidaksadaran personal yang diwariskan antar generasi.

Tentu saja. Ketidaksadaran memiliki kemungkinan-kemungkinan yang dipisahkan dari alam sadar, karena dengan dipisahkan itu ia mendapatkan semua materi yang bersifat subliminial yaitu semua hal yang sudah dilupakan, maupun kearifan dan pengalaman selama berabad yang tak terhitung jumlahnya tertanam dalam organ-organ arkhetipenya.

"Thinking is difficult, that's why most people judge" (Carl Gustav Jung 1875-1961,
a Swiss Psychiatrist). Tesis ini makin nyata di Indonesia. Panen hoax adalah buktinya. Lalu petruk berkata, "saya bicara tanpa berpikir dan saya putuskan tanpa membaca." Luarbiyasa!

Kusaksikan. Di istana kami setan-setan bergentayangan. Di rumah-rumah ibadah doa-doa hanya untuk menipu tuhan. Di wilayah publik agama sekadar menjadi hiasan. Elite berperilaku tak jauh dari kebejatan. Menumpuk kepintaran guna menenggelamkan kebenaran. Memariakan si miskin dan si bodoh. Bukan mengentaskan.

Inikah the undiscovered self? Diri yang munafik dan mementingkan perut sendiri. Tetapi mendapat kuasa dan kursi. Sehingga daya rusaknya setrilyun kali lipat dari peristiwa biasa. Jiwa yang mengkhianati nilai luhur yang tumbuh di sekitarnya.

Audentes fortuna juvat. Posisi didapat dari berani. Inilah potret elite kita kini. Mereka berani menipu, menyopet, mencuri, merampok dan membunuh warganegara demi posisi yang diincarnya.

Terus. Tak henti. 15 tahun terakhir. Lahirlah drama perbangkan, MNC, infrastruktur, sogok-menyogok dll yang tak ada ujung. Kuldesak. Istana, tentara, cina dan pengusaha jadi pemain utamanya. Sutradaranya dollar dan nafsu belaka. Berani membela yang bayar. Bukan berani membela yang benar.

Dan. Kita tak tahu kapan akan berakhir tradisi syaitan purba ini.

***

0 comments:

Post a Comment