DEMORALISASI DAN DEVISIT NEGARA-BANGSA - Yudhie Haryono


Sejarah manusia adalah sejarah kerakusan dan perang. Dalam dua aksiologis itu, manusia sangat fokus dalam menyerang musuh-musuh mereka.

Cara ini sangat berbeda dari keseluruhan mahluk hidup di dunia yang cenderung lebih mengeksploitasi alam raya secara gradual.

Bahwa manusia suka berperang, sebagian dari cara berperangnya adalah menghabisi musuhnya, juga terjelaskan lewat alat-alat perang yang secara ekslusif dipakai oleh manusia ketika berperang: kapal, pesawat, nuklir dan virus.

Juga adanya peristiwa di mana manusia akan mengambil harta rampokan dengan biaya minimum tapi mendapatkan timbal balik yang maksimum serta jangka pendek.

Itu semua karena mereka belajar ilmu ekonomi kolonial: penjajah yang menjarah. Akibatnya, mereka punya teknologi canggih untuk membunuh dan menghindarkannya dari musuh-musuhnya.

Selanjutnya, perang dijadikan dalih bagi pertumbuhan ekonomi. Karenanya, manusia memiliki risiko minimal jika dibandingkan dengan makhluk bumi manapun yang mempertahankan teritori dan sumber-sumber kehidupannya.

Saat kekuatan dirinya lemah, manusia membangun tribal (suku, agama dan ras). Saat tribalnya lemah, manusia menggunakan negara. Dengan negara, manusia mengeksploitasi sesamanya demi kegemukan kantong sakunya dan kepastian stabilitas turunannya. Homo homini lupus yang survival of the fittest.

SDM bertambah, SDA terbatas. Inilah asal muasal kerakusan dan perang manusia dan negara yang menjadi filosofi kehidupan predatorik.

Negara-negara penjajah di masa lalu dan kini adalah contoh jelas dari hadirnya predatory state. Mereka bisa memangsa negara lain tapi juga senang memangsa warganegaranya sendiri.

Hati-hati. Siapa tahu kini kita sedang menghidupinya dengan bayar pajak yang lugu saat pemerintah dengan senyum, mengutilnya setiap saat secara sistemik, masif dan terorganisir.

Kini moral publik amblas, defisit negara bangsa terjadi. Tribal tak bisa bertahan. Lalu, kita harus bagaimana? Tulisan berikutnya akan menjawab tanya.

***

0 comments:

Post a Comment