JAWA DAN JENITRI - Yudhie Haryono


Tuhan adalah manusia yg mengabadi. Manusia adalah tuhan yg menyejarah. Keabadian dan kesejarahan dlm diskursus agama-agama dunia adalah teorama besar yg masih enigmatik.

Manusia menyembunyikannya. Tuhan membuatnya sebagai teka-teki yg tak terpecahkan. Krn itu pergulatan terbesar manusia adalah menjadi Tuhan: mengabadi dan tak sudi menua. Bukankah jutaan kosmetika dan fashion kini hadir untuk menghindari kesan tua agar terlihat muda? Bukankah manusia umumnya bahagia sekali jika dibilang awet muda?

Jenitri (elaeocarpus ganitrus) adalah pohon yang termasuk suku Elaeocarpaceae. Pohon keabadian yg suci. Buahnya berwarna ungu dengan biji yang cukup besar dan sering digunakan sebagai manik-manik penyusun perhiasan. Kayunya memiliki nilai ekonomi tinggi. Aromanya khas.

Dus, sejarah jenitri adalah sejarah pencarian dan pematrialisasian tuhan menjadi manusia dan manusia yg menuhan. Resiprokal kritis.

Dari kisah dan metoda itulah, pohon jenitri menjadi pohon suci. Dan, bijinya disucikan, dikeramatkan, serta dipercaya mampu membersihkan dosa. Tumbuhan ini pun kemudian menjadi terkenal karena bijinya yang awet untuk dijadikan manik-manik, mata tasbih atau rosario. Pohon suci ini salah satu tumbuhan asli Indonesia yg tidak mengandung mitos, berdasar uji klinis, buah dan bijinya berkhasiat herbal termasuk untuk meredakan stres.

Nama latin tumbuhan asli Indonesia ini adalah Elaeocarpus Serratus dan mempunyai banyak nama sinonim.

Pohon suci ini di Indonesia awalnya di pulau suci Jawa. Tepatnya di kota Kebumen. Lalu oleh para spiritualis disebar ke pulau Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Juga ke negara tetangga. Tumbuh baik di daerah berketinggian 350 meter dpl hingga 1200 meter dpl.

Pohon ini dapat dibudidayakan di kebun untuk dimanfaatkan bijinya. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor biji jenitri terbesar di dunia.

Manfaat bijinya yang beralur sebagai biji tasbih, mala, rosario, manik-manik, kalung, dan aneka lainnya. Tekstur pada biji jenitri dengan permukaan beralur sangat unik. Di samping itu, sesuai sejarah dan metodanya sebagai ‘Air Mata Dewa Siwa’, sehingga jadi biji yang disucikan dan dikeramatkan oleh para spiritualis.

Biji jenitri atau Rudraksha, melalui beberapa uji klinis, mempunyai berbagai khasiat bagi kesehatan. Beberapa manfaatnya menghilangkan stress, antidepresan, antibakteri, dan anti-infeksi, menstabilkan tekanan darah, meluruhkan lemak badan, dan menghisap polutan di sekitarnya. Bijinya direndam dalam air kemudian diminum sbg obat herbal yg luar biyasa.

Tuan-tuan ingin awet muda? Pergilah piknik suci ke Kebumen dan temukan hal-hal mistis dlm penemuan penundaan ketuaan. Menjadi muda dan menuhan tak harus bingung lagi kini. Temuilah sufi terbesar di sejarah tanah Kebumen, Kyai Supriyadi untuk mendapat suluk-saliknya. Semoga manfaat.

***

0 comments:

Post a Comment