Cerpen "KUCARI-CARI PAHLAWAN" - Yudhie Haryono


Krisis adalah cara para kapitalis merekapitalisasi kapitalnya berlipat ganda melewati ambang batas waras.

Negeri krisis ini membutuhkan lebih dari sekedar seorang presiden atau raja. Seseorang yang bekerja untuk semua. Bukan untuk diri dan kelompoknya saja. Yaitu seseorang yang kita sebut pahlawan.

Kurasa, Pak Jokowi dan Pak Prabowo baru sekedar sekelas presiden. Sekelas pekerja yang belum melampaui sekat-sekat kelompoknya saja. Tak berani mati. Tak sudi jadi pahlawan dan nabi.

DATANG juga akhirnya. Setelah seribu tahun ditunggu dan dirindu. Maut. Ya maut itu sudah menjemputmu. Padahal, baru kemarin engkau bersender di pundakku. Setelah lelah memimpin penggulingan rezim bercorak begundal kolonial. Engkau mengirim ayat-ayat cinta, "jika kamu hanya sekedar singgah, aku mohon bersikaplah seperti tamu. Agar aku tidak salah menyediakan kopi atau hati."

Lalu, kutanya apa subtansinya? Engkau menjawab dengan membaca puisi: Yang terpahit adalah waktu dilupa/Ketika air mata berlimpah, dan milyaran tunas-tunas rindu tumbuh. Yang terluka adalah zaman renta/Ketika sakit bertamu, dan pengkhianatan tak terelakan.

Lalu, kujawab puisi itu. Tuan putri yang baik hati/Ayok bantu kita bekerja untuk merealisasikan ide pendirian TKN (Taman Kerajaan Nusantara) dan UN (Universitas Nusantara). Tetapi, soal sahabat seperjuangan. Soal bursa gagasan/Ada yang hanya melintas di seperlemparan perjalanan. Ada beberapa yang bersemayam di hati walau dipisahkan peradaban. Seperti atlantik dan nusantara. Entah aku buatmu.

Kini. Kematian atau ajal menjadi akhir dari kehidupanmu. Kini, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis menimpamu. Engkau pergi saat terjadi gelombang tsunami merosotnya idealisme bernegara menjadi pragmatisme dan hedonisme yang sangat memalukan.

SAAT SEMUA JADI PENCURI.

Engkau pergi saat kita DI BAWAH BENDERA FUNDAMENTALIS. Ya. Ada yang sangat tidak menarik di republik akibat. Ada yang tak patut di negara Pancasila. Ada yang sangat jijik di republik oligark. Yaitu berkembangbiaknya bangkai fundamentalis. Baik fundamentalis sekuler (pendukung agensi) maupun fundamentalis ontanis (pendukung simbol). Keduanya sebatas pedagang agama. Keduanya gagal memahami problema sesungguhnya dalam bernegara. 

Engkau meninggal saat rezim hanya mampu manyun dan janji. Kalo hanya manyun yang rezim berikan, bajinganpun manyun. Kalo hanya janji yang rezim berikan, westerling pun berjanji.

Aku sadar. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena penyebab alami seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami seperti kecelakaan. Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan. Dimakan cacing tanah dan rayap. 

Tadi, aku salat mayit. Berdoa buatmu.
RIP KEADILAN DAN KEMAKMURAN.(*)

0 comments:

Post a Comment