Diskusi Novel "NOVEL TRILOGI IMPERIA" - Yudhie Haryono


Anda ingin tahu kandidat peraih nobel sastra dari Indonesia pasca Pramoedya? Menurutku, penulis novel ini orangnya.

Melalui novel ini, kita akan tahu betapa keren kondisi Indonesia: penuh mafia dan drama tak berkesudahan. Akmal memang menulis dan bercerita dalam novelnya karena inspirasi dari kondisi nyata di Indonesia, baik itu di bidang jurnalistik, politik, maupun hiburan. Namun, Akmal menegaskan, semua cerita dan tokoh yang ada di buku hanya imajinasinya.

Potret politik kita memang dahsyat. Berisi dagelan dan defisit ide. Berlandaskan kerakusan saja. Dan, kegagalan kita hari ini tidaklah cukup dengan mempersalahkan pemerintah saat ini. Namun, baik buruk pemerintahan saat ini telah dipengaruhi pula oleh pemerintahan sebelumnya. Artinya, pemerintahan hari ini merupakan keberlanjutan dari cerita- cerita politik masa lalu.

Akan tetapi, seyogyanya ketidakrapihan dalam pemerintah masa lalu harus segera diperbaiki di masa sekarang. Tidak cukup dengan terus mempersalahkan kegagalan masa lalu. Kita tak boleh mengaborsi masa depan.

Akar permasalahan negara kita adalah hilangnya kejeniusan pemimpin yang fokus dan kuat. Pemimpin kita masih kelas blusukan dan cengengesan plus plonga-plingo.

Novel ini memotret dengan satir soal-soal tersebut di tiap jilidnya. Trilogi novel ini dimulai dari: Ilusi Imperia, Rahasia Imperia, dan Coda Imperia.

Akmal Nasery Basral adalah sastrawan penuh pengalaman dan karya. Tahun 2010 ia menyelesaikan Sang Pencerah, sebuah novel yang berkisah tentang kehidupan dan perjuangan KH Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai pendiri organisasi massa Islam Muhammadiyah. Novel tersebut telah difilmkan dengan sutradara Hanung Bramantyo dan mendapatkan sambutan luas dari masyarakat.

Pada tahun 2012, Akmal meluncurkan Anak Sejuta Bintang, novel tentang masa kecil Aburizal Bakrie. Karya Akmal yang lain, di antaranya cerpen Legenda Bandar Angin pernah dinobatkan sebagai cerpen terbaik harian Pikiran Rakyat pada tahun 2006.

Sebelum dikenal sebagai sastrawan, Akmal merupakan wartawan media cetak. Di dunia jurnalistik, ia memulai kariernya sejak tahun 1994. Beragam media cetak yang dimasukinya, di antaranya majalah mingguan Tempo, Gatra, Gamma, Travelounge, Koran Tempo, dan lain-lain. Pada tahun 2002 ia sempat mendirikan dan menjadi pemimpin redaksi majalah musik MTV Trax.

Pada tahun 2010, Akmal meninggalkan dunia jurnalistik dan memfokuskan pikirannya pada dunia sastra, perfilman dan musik.

***

0 comments:

Post a Comment