MAHESWARI DAN OLIGARKI - Yudhie Haryono


Hujan. Banjir. Detik-detik ini kotaku basah kuyup. Tapi aku tetap menggendongmu. Menceritakan soal oligarki di republik anarki.

Kau tahu Mahe? Pada akhirnya kini, Indonesia hanya dikuasai oleh orang kaya. Sebab semua ada bandrolnya. Tak ada artinya orang cerdas. Tak ada manfaatnya moral seseorang. Tak ada gunanya prestasi. Tak ada fungsinya kebijaksanaan seseorang.

Yang ada adalah yang bermodal. Kekuasaan berbasis modal dan orang kaya disebut oligarki.

Dalam pemaknaan yang luas, oligarki ada dua rupa: Pertama, oligarki memiliki dasar kekuasaan—kekayaan material—yang tidak dapat diseimbangkan.

Kedua, oligarki memiliki jangkauan kekuasaan yang luas, militeristik dan sistemik, meskipun dirinya berposisi minoritas dalam kekuasaan.

Dengan demikian, kekuasaan oligarkis selalu didasarkan pada pemerintahan yang susah dihancurkan karena jangkauannya luas dan sistemik serta tak dipahami banyak warganegara.

Teorisasi oligarki dimulai dari adanya fakta bahwa ketidaksetaraan material yang ekstrem menghasilkan ketidaksetaraan politik yang ekstrem. Meskipun dalam demokrasi, kedudukan dan akses terhadap proses politik dimaknai setara, akan tetapi kekayaan yang sangat besar di tangan minoritas kecil menciptakan kelebihan kekuasaan yang signifikan di ranah politik.

Beda uang, beda kuasa. Makin besar uang, makin kuasa. Sebab pemerintah pada akhirnya membela yang beruang, yang bayar. Klaim ini didasarkan pada distribusi sumber daya material di antara anggota komunitas politik, demokrasi atau sistem lainnya, yang memiliki pengaruh besar pada kekuasaan.

Semakin tidak seimbang distribusi kekayaan material, makin besar kekuasaan dan pengaruh orang kaya dalam motif dan tujuan politiknya. Sebaliknya, ketidaksetaraan yang besar dalam kekayaan menghasilkan ketidaksetaraan dalam kekuasaan dan pengaruh politik (centripetal dan centrifugal).

Menurut Winters (2009), teori oligarki menjelaskan bagaimana kekayaan yang terkonsentrasi menciptakan kapasitas, motivasi, dan kuasa politik tertentu bagi mereka yang memilikinya.

Penjelasan ini menemukan buktinya hari ini di Indonesia. Praktis tiap warganegara yang ingin berkuasa adalah mereka yang kaya karena harus membeli suara rakyat via pemilu.

Semua jabatan publik kini seharga antara 3 Milyar-50 Triliun rupiah. Dengan modal besar maka mereka yang telah berkuasa akan memproduksi uang demi mempertahankan kuasanya saat pemilihan kembali dalam perebutan jabatan publik.

Dus, kekuasaan publik kini hanya arena orang kaya memperkaya diri dan mempertahankan kuasa sambil mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya.

Inilah negeri oligaki yang dikuasai para oligark. Mereka kini bernyanyi lembut bahwa tanah airku tidak kulupakan. Kan kukenang selama hidupku. Biarpun saya korupsi. Tidak hilang dari kalbu. Tanahku yang kucintai. Engkau kuperkosa sepanjang masa. Walaupun banyak negeri kupacari. Yang masyhur permai dikata orang. Tetapi kampung dan rumahku. Di sanalah kurasa senang. Tanahku tak kulupakan. Engkau kuperkosa dan kutipu sepanjang usia. Untuk tujuh turunan.

Akhirnya, produk terbaik dari negara oligarki adalah 7K: kemiskinan, kebodohan, kepengangguran, kesakitan, ketimpangan, konflik, ketergantungan.

Sebaliknya, para penguasa berpesta pora dan bersandiwara saja. Sedih atau ayok revolusi sekarang, aku berang dan bimbang. Mahe, kau sedang apa? Dari gendonganku, sebaiknya kau mulai cari solusi.

***

0 comments:

Post a Comment