THE WOLF OF LOVE - Yudhie Haryono



"Kecintaan itu ditiupkan," katamu menjelang senja yang paling temaram di seluruh jagad raya. Kini, kalimat itu terus bertalu-talu ringsek di antara genderang perang ramadan menusuk ulu hati para nafsu. Dan, semua membuat kuku kaki tanganku terasa dicabut satu-satu. Engkau tahu, adakah yang lebih pedih sakitnya dibanding sakit dicabutnya kuku-kuku?

"Keadilan itu dipraktekkan," terbaca ketikanmu yang paling absurd sebagai teori sosial di republik emprit. Kini, hipotesa itu datang tak diundang sebagai tamu yang murung menyiksa wajah ganjil kangenku padamu. Dan, semua membuat gigi-gigiku berhadiah lubang bernanah yang sarafnya tak mau copot seketika seperti saat remaja. Engkau mengerti, adakah yang lebih sadis sakitnya dari sakit gigi?

"Kebahagiaan itu dibagikan," tertulis dalam es-em-es terakhir menjelang pergimu. Kini, harapan manusia terilusif dalam peradaban modern tertangkap dalam semua buku babon ekonomi-politik di atas lemari buku perpus kampusku, punah. Dan, semuanya terasa seperti operasi ambiyen yang cepat tapi sakit pasca operasinya tak akan terlupakan. Engkau pasti sulit memahami sebab belum pernah mengalami. Aku berdoa semoga tidak terjadi denganmu dan anak turunmu.

"Kesejahteraan itu dirasakan," mestinya begitu ketika kutulis refleksi dan proyeksi prestasi rezim rongsok tanpa dentuman ini. Tetapi, jangankan dibagi, untuk diri sendiri saja tak ada sisa kecuali produksi utang yang menumpuk seperti cucian baju asem di pagi hari. Tidak percaya? Mari kita baca berita resmi negara. Mereka menyebut dengan bangga bahwa per April 2017, total utang pemerintah pusat tercatat mencapai Rp 3.667,41 triliun. Dalam sebulan, utang ini naik Rp 17 triliun, dibandingkan jumlah di Maret 2017 yang sebesar Rp 3.649,75 triliun.

Dalam denominasi dolar AS, jumlah utang pemerintah pusat di April 2017 adalah US$ 275,19 miliar, naik dari posisi akhir Maret 2017 yang sebesar US$ 273,98 miliar.

Sebagian besar utang pemerintah dalam bentuk surat utang atau Surat Berharga Negara (SBN). Sampai April 2017, nilai penerbitan SBN mencapai Rp 2.932,69 triliun, naik dari akhir Maret 2017 yang sebesar Rp 2.912,84 triliun. Sementara itu, pinjaman (baik bilateral maupun multilateral) tercatat Rp 734,71 triliun, turun dari Maret 2017 sebesar Rp 738,2 triliun. Demikian data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Selasa (30/5/2017).

"Kebijaksanaan itu diperlihatkan," kritikmu ke semua tetua yang suka ceramah singkat di depanku saat aku kuliah dulu. Tak tahunya, kaum tua di kota kita cuma hobi ngomong tanpa praktik: praksis bijaknya devisit tiap menit. Jadi, apanya yang bisa diperlihatkan?

Negeri dan rakyat ini tinggal punya air mata. Tetapi, itupun sudah kering di mana-mana. Dia dkk hanya membawa malapetaka nasional. Dia the wolf of love. Perjalanan dan tarikh hidupnya luar biyasa cepat. Dari tukang serut kayu, pemimpin publik dan berakhir menjadi penggadai dengan murah semurah-murahnya harta warga negara.

***

0 comments:

Post a Comment