Cerpen Rabu, "PUASANYA KIRANA" - Yudhie Haryono



Kehidupan yang sepi itu memubadzirkan sel-sel kebahagiaan dalam jiwa. Semua akan melamban dan akhirnya gagal melakukan penalaran pada kasih dan kekasihnya.

Itulah jawaban surat dari lelaki yang dimimpikan menjadi kekasihmu saat engkau mengirim tesis untuk program doktoralmu di universitas ternama. Engkau minta kritik dan saran, tetapi jawaban selanjutnya adalah, ”Bukanlah mayat yang hidup jika ia mati dalam keadaan kenyang sementara pacar sebelahnya kelaparan. Bukan pula jiwa yang mati jika ia hidup dalam keadaan cerdas sementara kekasihnya dalam kelaparan akut akan kerinduan yang tak terperikan.”

Lalu, engkau menjawab syahdu. "Wahai jiwamu yang tumbuh jumbuh dalam nalarku, engkau menolak rinduku dan membuang kagumku kok tega mengetik begitu?" Pupus. Binasa. Hampa dan menderita: batin dan rasa.

Taukah engkau? Kini, semua yang hidup pasti mati tetapi yang hidup belum tentu benar-benar hidup. Sedang aku hidup tapi mati dan mati tetapi masih hidup. Ini semua karena hidupku hanya memimpikanmu. Mimpi bersua sang profokator di ruang-ruang seminar yang buruk rupa sambil sadar bahwa kini kesetiaan menjadi status termurah dan paling istimewa di negara kita karena tak berharga.

Profokator. Merindukanmu seperti puasa daud: selang seling antara lapar dan orgasme. Inilah yang pantas aku dapatkan. Tak senyummu kecuali angan-angan semu. Terus tenggelam dalam kesepian kesendirian. Aku terluka. Aku tak bisa apa-apa. Kembali terluka. Bernanah dan menaun. Basi dan berkarat. Saat menyadari kasihku bertepuk sebelah tangan. Tertolak karena aku pengecut mengucapkannya.

Puasaku bertepuk sebelah tangan. Hidupku bertepuk sebelah kaki. Cinta kasihku berkeranda sepi. Walau terus mencoba tuk bertahan. Menantikanmu mengharapkanmu penuh seluruh. Sampai kutaruh-taruh fotomu di setiap meja kerjaku. Tentu perih yang kurasa. Tentu kangen yang kutumpuk. Sakitnya tak tertahan, tak terhitung, tidak tak tergantikan.

Profokator. Mengagumimu seperti rasaku akan puasa. Kita tahu, mestinya tidak seperti ibadah-ibadah lain seperti shalat, zakat, haji dan lainnya, puasa adalah satu-satunya ibadah yang tidak mungkin diketahui orang lain. Puasa adalah hubungan langsung dengan Tuhannya. Karena itu hanya Tuhan dan orang yang bersangkutanlah yang mengetahui apakah ia berpuasa atau tidak. Begitupula cintaku padamu, profokator.

Aku melihat bayanganmu di semua buku-bukuku. Aku mengira telah menemukan engkau idolaku sebagai sang nabi yang sesungguhnya. Aku terpedaya mengejar citramu. Aku, tak sanggup menangkap hakikat terdalam dari sorot matamu untuk sadar bahwa engkau milik banyak pemuja berhala di dunia antartika.

***

1 comment: