MISA MINGGU - Yudhie Haryono


Kepada kekasihku dan saudara-saudari yang luar biyasa di fesbuk ceria bin sejahtera.

Dalam terik adem matahari minggu kukatakan kepada kalian tentang hijau kebon jambu. Juga riset-riset berikutnya. Yang bakal kita kerjakan dengan serius, sederhana dan berkelanjutan.

Kita segera akrab dengan problem rakyat, sinar pagi dan perang oligarki. Mereka yang tak sempat nyanyikan cinta dan menangkap kupu-kupu yang hinggap di rambut kekasihnya.

Mereka yang alergi dan muntah darah dengan revolusi, geli dengan kecoa. Mereka yang mentalnya kolonial dan nawacitanya gumbal. Adalah mereka yang ada di sekitar kita.

Tersenyumlah kalian. Ketawalah aku dan terbahaklah nyiloro kidul tiap minggu karena rekening tak tumbuh-tumbuh seluruh.

Kekalahan ini menghabiskan segalanya. Kesunyian ini meluruhkan kasih dan air mata. Kemiskinan ini menjumudkan akal dan cara.

Makin jauh sudah perjalanan kesia-siaan. Lelah hati ini menanti proklamasi yang tak pasti. Kini, ke manakah kita harus mencari revolusi. Semua sudah menjadi koloni. Bahkan mental ini.

MESTI disadari cinta tak selalu memiliki. Tentu juga cinta pada warga; indonesia dan semesta. Semua ada takdirnya. Walau kalian selalu membayangi tangisku. Tetapi jujur, cinta dalam dada membuatku lara. Selara-laranya. Rindukan diri kalian hanya membuat kumenangis sedu-sedan. Seperti kisah kasih siti nurbaya; qais dan laila; pancasila dan UUD45. Bertepuk sebelah kaki.

Kubaca, kalian adalah lautan luas yang tertidur pulas. Kalian dirgantara yang kesepian dalam kondisi diperkosa buas. Kalian yang sendirian dalam damai, kebebasan dalam kejahiliyahan dan tipuan. Kalian revolusi mental yang tak jalan.

Hanya, nurani berbisik: kita dipanggil dan memanggil balik. Mencipta arus balik. Meneguhkan atlantik. Walau sendirian memekik!

***

0 comments:

Post a Comment