MENEGASKAN IDENTITAS INDONESIA - Yudhie Haryono


--"Kini, kita benar-benar sudah lulus menjadi bangsa yang besar. Dan, puncak kebesaran kita adalah kesenangan untuk menjadi bangsa kerdil--"

Kawanku. Jika kalian marah hanya karena sukumu, rasmu, agamamu dihina, engkau belum tahu Indonesia. Kemarahan karena suku disebut tribalisme. Kejahiliyahan karena ras disebut rasisme. Kepicikan karena agama disebut fundamentalisme.

Mengapa ketiganya tidak layak disebut warganegara Indonesia? Berikut argumentasinya.

Dalam sejarahnya, proses dasar terbentuknya identitas sosial terdiri dari social identification, social categorization dan social comparison. Dari sini kita tahu bahwa identitas paling jelas dan clear dari Indonesia adalah postkolonial (negara bekas jajahan). Cirinya 7K: kemiskinan, kepenggangguran, kebodohan, ketersakitan, ketimpangan, ketergantungan, ketidakadilan.

Dengan identitas itu maka tugas utama warganegara kita adalah mengusir dan membunuh 7K tersebut. Jika kalian marah dan berbuat menyelesaikan 7 problem tersebut, kalianlah warganegara Indonesia. Inilah warga yang menegaskan identitas nasional.

Kita tahu bahwa identitas nasional merupakan ciri yang dimiliki suatu bangsa. Secara fisiologi, ia membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Dus, ia merupakan proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis yang khas dan genuin.

Identitas nasional tersebut pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional. Identitas nasional bersifat buatan dan sekunder. Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara.

Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir belakangan bila dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan dan keagamaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif.

Kita tahu, sebelum memiliki identitas nasional, warga bangsa  telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan dan keagamaan.

Karenanya, identitas nasional memiliki unsur-unsur pembentuknya yaitu: 1)Suku bangsa: adalah golongan sosial khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialek bangsa; 2)Agama: adalah sepiritualisme yang tumbuh dan berkembang di nusantara. Mereka sudah ratusan tahun hidup dan berkembang dengan harmoni.

3)Bahasa: adalah sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur ucapan manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. 4)Ras: adalah warna kulit yang dimiliki sejak lahir dan tak bisa dipertukarkan. Ia juga pengelompokan berdasarkan ciri biologis. Dengan kata lain, ras berarti sekelompok manusia yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu.

Dari unsur-unsur tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi empat bagian sebagai berikut:

  1. Identitas dasar, yaitu postkolonial; 
  2. Identitas modern, yaitu konstitusi sebagai falsafah bangsa, ideologi dan dasar negara;
  3. Identitas instrumental, yaitu bahasa Indonesia, lambang negara, bendera dan lagu kebangsaan;
  4. Identitas alamiah, yang meliputi negara kepulauan (archipelago) yang pluralis plus multikultural dalam bhineka tunggal ika.
Jika kita belum menggunakan identitas nasional sebagai metoda analisa dan alat ukur berhasil atau gagalnya pemerintah, kita belum menjadi Indonesia. Terlebih, menjadi Indonesia adalah juga bagaimana kita menghabiskan waktu menjadi jauh lebih penting daripada bagaimana kita menghabiskan uang. Kekeliruan soal uang mudah dikoreksi tetapi kehilangan waktu akan kehilangan segalanya: kehilangan Indonesia.

Menjadi warganegara Indonesia adalah juga beragama secara subtantif. Seperti yang ditulis Alghazali (1058 - 1111), "bila kamu sibuk dengan ibadah ritual dan bangga akan itu maka itu tandanya kamu hanya mencintai dirimu sendiri, bukan Allah. Tapi, bila kau berbuat baik dan berkorban untuk orang lain maka itu tandanya kau mencintai Allah dan tentu Allah senang karenanya. Buatlah Allah senang maka Allah akan limpahkan rahmat-Nya dengan membuat hidupmu lapang  dan bahagia."

Dengan begitu, identitas Indonesia adalah pengakuan bahwa ia ibu pertiwi yang kita bangun jiwanya, baru bangun badannya sambil dipuja dan kasihi di mana tenaga, pikiran bahkan jiwa kita rela diberikan untuk menumpas 7K.

Tanpa mengenali identitas Indonesia, semua jadi ribut dan krisis tak berkesudahan. Tak tahu mana kawan, mana lawan; tak tahu arah tujuan. Dan, kita sedang mengalaminya kini.

***

0 comments:

Post a Comment