KISAH POLITIK KITA - Yudhie Haryono


Rabun sejarah, khianat konstitusi, dibutakan ambisi, dijebak kekuasaan dan dihancurkan oleh KKN adalah kisah lima tahap politisi kita.

Adakah teladan elite politik yang mampu melewati lima tahap itu dalam kehidupan kita? Minim sekali. Karenanya kita perlu memformat ulang tata nilai, tata manajemen dan tata agensi (perkaderan) yang selama ini makin rusak oleh pelapukan zaman.

Atau bagaimana menurut kalian?

Sebab kulihat, kita makin kehilangan nilai-nilai nasional. Akibatnya kita tidak punya cita-cita nasional lalu tidak punya perasaan ada ancaman nasional sehingga tak punya badan keamanan nasional: punahlah sishankamrata dan tradisi keamanan nasional. Tak merasa cemas, tak tahu bahwa hidup itu soal kalah dan menang.

Lalu, kita mau apa soal negara? Ngaku bernegara tapi kok rasanya tak ada: hadir segan, lenyap tak suka.

Sesungguhnya. Indonesia itu terang. Kita yang menggelapkannya. Indonesia itu kaya. Kita yang memiskinkannya. Indonesia itu damai. Kita yang mengkroditkannya.

Sampai kapan kita akan bertahan. Ditipu elite, disilit pemimpin. Sampai kapan kita akan bertahan. Dicaci langit tak sanggup menjerit. Sampai kapan kita akan bertahan. Diterkam hitam awan pasrah pahit dijilat. Sampai kapan kita akan bertahan. Dikusam zaman gelap pekat lelap penuh begundal. Sampai kapan kita akan bertahan. Ditinggal pergi pagi yang hingar dengan sadar dunia gentar.

Sampai anjing-anjing itu kenyang tertidur di istana yang tak bangun lagi karena nista. Atau sampai kapan, kita terus bertanya.

Jika dibaca pelan, kita punya prinsip bernegara yang keren. Prinsip negara pancasila itu bunyinya sovereignty of the people, and sovereignty of the government. Jadi, rakyat dulu. Bukan pemerintah dan bukan pengusaha. Tapi kok kini terbalik?

Prinsip itu menghasilkan sistem negara pancasila (SNP) sebagai ”cara pandang sendiri” dalam epoleksosbudhankam untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yaitu mencapai kesejahteraan umum sebagaimana tercantum dan diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Sistem disebut sebagai “jalan tengah” dari sistem kapitalisme dan komunisme. SNP, sebagaiman dimaknai para pendiri NKRI, merupakan “sistem sendiri”, yang dalam prakteknya direkonstruksi dengan pelacakan historis dan elaboratif dari sudut filsafat ilmu-dengan tiga tahap pembahasan: asal-usul penalaran, arah haluan (GBHN) dan penerapannya.

Harapannya kita punya tradisi keindonesiaan, kemakmuran dan kemartabatan (3K) khas Indonesia. Jadi, kita harus bagaimana kini saat semua politisi Indonesia menikmati lima tahap kisah kelam seperti tesis di awal tulisan ini.

***

0 comments:

Post a Comment