DEKADE BETERNAK JAHILIYAH - Yudhie Haryono



#Petaka besar jika kami yang membela kalian kalah oleh pembela dan pelindung penjajah cina#

Kawan-kawanku yang baik, pertajam kecerdasanmu. Agar nanti bisa digunakan menikam tepat di ulu hati begundal kolonial. Sebab hari ini dan ke depan, yang terjadi adalah "perang kecerdasan." Yaitu sebuah perang bukan hanya kemampuan merancang strategi; mencipta senjata; menembakkan nuklir; dan berani mati; tetapi juga soal menjahit kalimat dan menyulam gagasan.

Ya. Perang Kecerdasan. Itulah arsitektur geopolitik mondial terbaru. Tanpa kecerdasan, rakyatmu hanya akan jadi buih yang berbuah kepapaan. Paria saat yang lain berkuasa. Tak percaya? Cermati kasus pilprus curang sebagai sinetron kejahiliyahan bersama.

Cara memupuk kecerdasan adalah via pendidikan. Sebab, pendidikan hakekatnya adalah mendisain masa depan; mencipta peradaban. Maka, kita sebetulnya sedang merancang masa depan; mewariskan peradaban. Di sini, kita niscaya menternakkan kurikulum yang menzaman; memenangkan pertempuran; menyempurnakan kemenangan; tentang apa yang akan diajarkan dan dididikkan kepada generasi setelah kita.

Kurikulum ini harus diajarkan di semua jenjang pendidikan: formal, informal dan nonformal. Terutama di pesantren-pesantren. Sebab, lembaga pesantren adalah simbol ketakutan pada dunia luar. Mereka menutup dan inward looking. 

Pesantren adalah simbol kekalahan dari kolonial. Mereka lari ke pedalaman dan mentradisikan akheratisme. Setelah kalah merebut dunia, mereka mimpi jumping merebut syorga.

Dus, ada jihad raksasa buat tuan. Yaitu mematrialisasikan kurikulum postkolonial yang bertumpu pada lima hal: 
  1. Ruh al-istiqlal (freedom); 
  2. Ruh al-intiqad (criticism); 
  3. Ruh al-ibtiqaar (inovation); 
  4. Ruh al-ikhtira (invention); 
  5. Ruh al-idzati (interdependency).
Kurikulum postkolonial ini menyadarkan peserta didik memahami bahwa tak ada ibadah lebih besar pahalanya melebihi ibadah menyelamatkan negara. Tak ada jihad lebih mulia jejaknya melebihi jihad melawan penjajah. Tak ada cinta lebih berdentang keras luar biyasa melebihi cinta warga pada negaranya (hubul wathan minal iman).

Ingat. Ini kerja raksasa. Perang kecerdasan. Yang cungkringan dan bodoh, makmum saja.

Maka, kalian harus tahu. Musuh kalian, modal sesungguhnya cuma satu: nafsu serakah. Karena itu Gandi mengatakan, "dunia diciptakan cukup untuk semua orang tapi tak cukup untuk satu orang yang serakah."

Keserakahan ini dalam bentuk riilnya menjadi oligarki, kartel dan kleptokrasi. Akumulasi, intensifikasi dan masifikasi modal dan kekuasaan dikurikulumkan di kampus dan media. Semua dikerjakan dengan topangan senjata dan negara. Ecopol with guns and state. Lahirlan hit-man di semua lini. Orang kaya tumbuh (sedikit) tapi orang miskin membuncah (berlipat).

Kini, kalau kalian miskin, inilah saatnya melawan madzab neoliberal. Kalau kalian kaya, saatnya bertobat sebelum arus balik melanda. Kalau kalian diam, generasi berikutnya pasti di neraka: mati sengsara sebelum waktunya.

***

0 comments:

Post a Comment