Cerpen Sabtu "FRAGMEN DALAM KISAH-KISAH" - Yudhie Haryono



Engkau datang dengan kepahitan masa lalu. Aku menjemputmu dengan cemerlang masa silam. Di masa kini, sambil bercinta kita berhipotesa: sebaik-baik pemikiran tentang Indonesia adalah pikiran-pikiranku. Sejenius-jeniusnya ketikan republik ini adalah ketikanku. Dan, sebaik-baik cinta adalah cintaku padamu.

Kasih. Taukah engkau bahwa seburuk-buruk kebencian adalah kebencian pada konstitusi? Mengertikah engkau bahwa sejahat-jahat perbuatan adalah perbuatan neoliberalisme? Keduanya kini jadi tradisi. Dihidupi dan dikurikulumkan di mana-mana: pasar, negara, agama dan civil society.

Itulah akhir negara bangsa. Itulah kebenaran pasar. Itulah oligarki senyata-nyatanya.

Dan pada akhirnya, demokrasi kita kini dibuat bukan untuk membebaskan rakyat dari problemnya tapi disengajakan buat memastikan para rakusian tetap menikmati kerakusannya. Pada akhirnya negara kita kini dihuni para begundal kolonial yang bersengaja menternak kemiskinan dan ketimpangan, bukan hadir untuk memastikan terealisasinya keadilan dan kebahagiaan.

Kasih. Taukah engkau jika harga kebutuhan pokok naik lebih cepat dari pendapatan rakyat, solusinya kudeta: bukan pemilu. Apalagi ganti presiden? Ya. Kudeta lebih efesien.

Juga, engkau harus tahu, jika seseorang hanya bisa mengkayakan beberapa orang sambil memiskinkan banyak orang, seseorang itu sangat tak layak jadi presiden! Juga menjijikan jika jadi elite negara. Ia hanya layak jadi warganegara biasa.

Kasih. Ingin kusampaikan pada handai tolan. Bahwa mereka kini hanya mewarisi kerakusan-kerakusan. Mereka yang mendapati kehancuran dan kenestapaan. Mereka yang mewarisi kedengkian-kedengkian. Para teroris yang berbaris. Para pelawak yang terbahak. Aku tidak tahu nanti nasib dunia mereka bagaimana. Biar tuhan, hantu dan hutan yang takdirkan.

Kasih. Kini kentutmu telah membunuh jiwaku. Sinismu telah mencabut nyawaku. Kecut aroma tubuhmu makin memusingkan kepala dan fikiranku saja. Ketikan-ketikanmu membuat muntahanku makin bau. Kok bisa, ada manusia sepertimu. Apa maksud Tuhan memberimu begitu banyak kehidupan beku? Subuh ini air mataku bertanya-tanya kembali.

Tanya soal air mata hasil sedih atas bom yang menyalak memangsa nyawa manusia. Tetapi, seorang kawan cerdas memberi argumen bahwa teror(isme) di Indonesia itu ghost protocol yang bisa dibeli dan digunakan siapapun asal bayar kontan. Ngeri.

Tetapi, dengan cintamu akan kupastikan karyaku untuk menyingkirkan ketimpangan dan kemiskiƱan sambil menikam mati begundal kolonial. Dengan cintamu pula kan kuhabisi semua kaum jahat dan rakus di republik ini. Aku perbaiki semua mental buruk dan malas di negara ini. Aku pastikan semua kesakitan dan kependeritaaan punah di semua zaman bangsa ini. Aku jaga sampai mati warisan keadilan dan kebahagiaan semua warga negara di wilayah teritori kita.

Lalu, aku mati. Mewariskan peradaban baru yang gigantik. Lalu, mengisi dan menginspirasi alam raya, jagad ini. Kemudian, mati di sisimu manisku.

***

0 comments:

Post a Comment