Cerpen Ramadan, "HANTUKU" - Yudhie Haryono



Tahukah engkau? Jika ukuran jumlah umur seperti umur Muhammad (60), maka sisa umurku tinggal 18. Sesungguhnya, umurku terlalu panjang dan membosankan. Sebab sejak remaja, pinta doaku mati muda. Tapi, di sisa umurku, kini baru kutahu bahwa, "sebaik-baik waktu adalah saat pagi-pagi bersamamu. Bercerita soal-soal ganjil dan lucu-lucu. Berkabar soal yang telah berlalu.

Salah satunya di antara Mijen dan Ngalian. Di antara Permata Puri dan Simpang Lima.

Dan, seindah-indah kesadaran adalah kesadaran sore mengingatmu. Ingat dan mengetahui bahwa hidupmu berkah, berprestasi dan menjumput impian diiringi gelisah dan cobaan yang begitu gigantik.

Plus, segembira-gembira nasibku adalah saat tahu bahwa engkau pernah mengingatku; pernah mencintaiku; pernah merindukanku. Sebagaimana kisah dan sejarah umum yang tak tertulis di kitab-kitab suci."

Apalagi yang bisa kita dustakan? Tanya langit pada dunia. Taukah engkau dari apa hewan dibuat? Tanya malaikat pada muhammad.

Taukah engkau? Aku bersujud. Aku menangis. Aku melayang ke angkasa. Karena sudah mau memberi waktu buatku. Sejuta malam aku bahkan tidak bisa tidur membayangkan bertemu idolaku: cinta masa remajaku. Aku pikir pasti pingsan bertemu denganmu. Begitu melihatmu, masih terlihat auramu. Kharismamu besar sekali buatku. Dejavu.

Maka, ditemani ngobrol olehmu mengingatkanku dengan Albert Enstein yang berkata, "Jika kau tidak bisa jelaskan apa itu cinta, maka kau belum cukup mengerti apa itu rindu dan cemburu."

Wajahmu manis, cantik, sempurna dan indah sekali. Terlihat sisa kesedihan dan sangat sederhana. Andai aku bisa membuatmu bahagia di umur sisa. Kini sedih dan kisahmu sudah jadi sejarahku. Semoga segera berakhir agar sisa hidup kita tak paria. Aamitabhaaa.

Sesungguhnya, betapa hebat alam raya membuat takdir; betapa sempurna Tuhan menciptamu; betapa sial nasib mentakdirkanku. Dan, sebaik-baik mukjizat adalah makan Soto Sokaraja, ngemil Mendoan buatan ibuku. Plus, sedahsyat-dahsyat bertetirah adalah menggendongmu di Baturaden. Bukan di Makkah apalagi Madinah.

Salam sayang, penuh hormat. Arupadatu. I love you, hantuku.

***

0 comments:

Post a Comment