CINTA DI MASA TUA - Yudhie Haryono



Corona. Mahkluk yang kita punya. Bergerak di antara korupsi dan ketakutan. Bersembunyi dengan wiridan. Antara kecerdasan dan keajaiban. Yang terentang lapuk dan terkejam kikuk. Tentang udara yang tak lagi sejuk. Jiwa-jiwa tercerabut dari nostalgia. Di kala terbang, hati meradang. Di kala tidur, nalar mendengkur.

Ya. Engkau yang hilang di antara ampas peradaban dan batu arang. Tak ada di musium. Tapi dikhotbahkan sekaligus dicomberkan.

Merindukanmu seperti merindukan Tuhan. Hanya dogma dan mukjizat saja. Tak bertemu baunya walau di rumah ibadah dan bakar dupa. Kosong. Zonk. Sepi. Hampir mati.

Merindukanmu seperti rindu subuh pada ashar. Hanya kejauhan dan kekosongan. Ada fotamorgana yang bisa dilukis membentuk asa.

Beberapa kali menulis namamu di lembaran kertas uang seratus ribu. Beberapa kali di nisan kuburan. Beberapa kali di gemuruh ombak lautan.

Maksudnya agar hantumu keluar dari hutan. Tapi yang diceritakan hanya tinju pada udara: kosong dan pataka. Merindukanmu menumpuk duka. Sesal tiada guna.

***

0 comments:

Post a Comment