PEMIMPIN PANCASILAIS - Yudhie Haryono


Jika kita bertemu dengan penguasa yang wakaf nyawa demi kemakmuran dan keadilan rakyatnya; mendahulukan kaum miskin-bodoh-cacat dari lainnya; satunya kata dan perbuatan; jenius karena memahami ekopol global, itulah pemimpin pancasilais. Ia dipotret dalam kitab Alquran dengan sikap, “Mereka mengutamakan (orang lain) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Siapa yang tak kikir, mereka itulah orang-orang yang beruntung" (QS.Al-Hasyr:9).

PANCASILA, adalah ideologi kemanusiaan, kadilan dan pemerataan. Tiga hal yang tak akan bisa tercapai di tangan pemimpin penipu.

Di tangan para pemimpin penipu, Pancasila tak pernah tumbuh menjadi kemakmuran sosial yang kita rindukan bersama. Padahal kemakmuran sosial adalah fondasi negara Pancasila.

Wacana dan praksis pancasila kini dipenuhi "pembicaraan tanpa pikiran; hukum tanpa keadilan; birokrat yang biadab, oligarkis, kapitalis dan predatoris. Negara kita kehilangan elan vital pancasilaisme yang berkeadilan seperti cita-cita para pendiri republik Indonesia.

Bagi pemimpin pancasilais tentu saja punya prinsip-prinsip yang dikerjakan dengan jelas: kebangsaan, internasionalisme dan perikemanusiaan, mufakat dan demokrasi, kesejahteraan dan kemakmuran sosial, serta bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Pemimpin pancasilais juga harus berwawasan nusantara. Ini merupakan cara pandang terhadap rakyat, bangsa dan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi darat, laut, dan udara di atasnya sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.

Ia harus berwawasan nasional yang kemudian menjadi pandangan atau visi bangsa dalam menuju tujuan dan cita-cita bersama: bernegara. Dus, wawasan nasional adalah sudut pandang geopolitik Indonesia secara mendasar berempat dimensi: kepulauan, kelautan, daratan dan dirgantara.

Wawasan ini memandang dirinya sendiri (secara geografis) sebagai satu kesatuan antara ideologi, politik, ekonomi, sosiokultural, serta masalah keamanan dan pertahanan.

Adakah dik kowi dkk seperti itu? Kalau iya, ayok kita dukung. Kalau tidak, ayok kita ganti.

***

0 comments:

Post a Comment