MAKNA-MAKNA BARU# Yudhie Haryono


Apa yang terlihat kini makin jelas saat awal Ramadan tiba: desakralisasi. Ritual agama tak lagi sakti. Suasana ini mengingatkan saya pada tesis guyon dari istri, "sudah datang suatu zaman atas kalian, lima hal yang harus dipecahkan, yaitu: despiritualisasi, definansialisasi, denepotisasi, deglobalisasi dan denasionalisasi."

Despiritualisasi bermakna desakralisasi yaitu pembebasan dunia dari pengertian yang sakral (Tuhan dan agama, terutama ritualnya). Secara umum despiritualisasi berarti profanitas, biasa dan tak ada lagi tuhan yang dihadirkan. Arti sederhananya berupa pembebasan dari pengaruh sakral terhadap segala sesuatu; pembebasan dari nilai-nilai agama maupun segala macam metafisika dan kawan-kawannya.

Saat pusat-pusat keagamaan dan rumah-rumah ibadah tutup dan sepi adalah bukti bahwa ada yang lebih kuasa dari tuhan lama mereka. Ritual-ritual bersama punah. Fundamentalisme bengong. Claim sebagai mahluk suci dan dilindungi, pudar dengan sendirinya.

Bagaimana memecahkannya? Tak mudah. Terlebih, Islam (tepatnya arabisme) telah membunuh kita sebelum kematian yang sesungguhnya datang pada kita. Barat (tepatnya kolonialisme) telah memerangkap kita sebelum kebodohan yang sesungguhnya datang pada kita. Indonesia (tepatnya elite pemerintahan) telah memiskinkan kita sebelum perbudakan yang sesungguhnya datang pada kita.

Kini, islam, barat dan indonesia berkolaborasi menyesatkan kita tanpa mampu menemukan "martabat" kemanusiaan kita sepanjang waktu.

Yah. Kita perlu makna-makna baru. Jika kita tak ingin terbelenggu. Pikiranku kembali teringat kepada orang tua yang telah berwasiat, "telah datang kepada kita, tahun-tahun yang penuh tipu daya. Pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan. Pengkhianat diberi amanah, dan orang amanah dikhianati" (HR Al-Indonesiaki).

***

0 comments:

Post a Comment