Cerpen Selasa~ NABI DARI KECILA#


Alkarim. Pikiran-pikirannya semilyar tahun melampaui zamannya. Dampaknya, kami jatuh cinta padanya. Tuturnya tajam bak pisau baja. Akibatnya, sejak pertama kami bertemu terus ingin berguru. Caranya bermeditasi begitu sunyi. Sehingga kami diam semilyar kata tak berucap menghuni relung hati. Geraknya bersosial begitu jelas pemihakannya bagi si miskin dan cacat. Kami terkagum dan terharu dibuatnya. Ia mengajarkan kami untuk tak pernah perduli pada kezaliman.

Tuhan, kami bersujud tekun-tekun setiap saat. Bertanya gugup mengapa Engkau anugerahkan ia yang kami sayangi begitu tersiksa. Engkau beri ia cinta yang tak mungkin tuk bersatu. Engkau beri ia ilmu yang tak mudah dipraktekkan, tak laku dibagi. Sebab, tahta dan kursi yang sesungguhnya telah lama dicintai untuk menikam mati kumpeni tak pernah benar-benar hadir dalam hari-hari kekasih kami. Ia yang kami panggil alkarim.

Sepertinya ada yang memiliki dengan erat hingga cita-cita gotong-royong yang ia ajarkan tak terealisasi. Selebihnya, ia dijerat oleh kumpulan barisan penjahat bergotong-nyolong.

Tuhan. Kami berbahagia karena masih memiliki buku-bukunya, pikiran-pikirannya, celoteh-celotehnya dan mimpi-mimpinya. Tentu, kami tak akan sia-siakan visi misinya yang begitu berharga dan mulia. Kami selalu bisa mendoakannya semoga mendapat tempat yang terbaik di sisa usia menegakkan pancasila.

Nabiku. Seperti sabda dan ketikan-ketikanmu, manusia tidak mudah memperoleh cinta sejati, rindu yang otentik serta kangen yang ikhlas sampai ia merasa sedih dan merasakan perpisahan yang sesungguhnya. Begitu pula dirimu.

Manusia juga tak akan punya kesabaran maksimal sampai ia di ujung kematian yang senyum melamar. Ia takan sadari kesulitan luar biyasa yang membuat putus asa sampai milyar penyakit memeluknya setia.

Nabi kami. Engkau pernah berucap yang selalu kami ingat. Menurutmu, manusia Indonesia terbagi dalam lima tipe:

  1. Orang purba: ngomong tuhan; 
  2. Orang putus asa: ngomong agama; 
  3. Orang nganggur: ngomong pancasila;
  4. Orang waras: ngomong solusi; 
  5. Orang modern: ngomong kolonisasi.

Posisi orang-orang Indonesia tdak naik-naik. Mereka kebanyakan baru di arena nomor 1-3. IQnya masih eskatologis, ilutif dan spekulatif.

Engkau juga pernah berwasiat keren. "Hidup itu mudah. Jika tak ingin ditagih, jangan utang. Jika tak ingin dimarahi, jangan bohong. Jika tak ingin dimaki, jangan menipu. Sederhanalah hidupmu, selamat jiwa ragamu." Wasiat ini luarbiyasa kini. Sebab berbondong-bondong kita semua saling menipu, bangga memaki, bertradisi bohong dan berkeseharian marah. Tak ada lagi kasih, kejujuran dan ketentraman.

Nabi kami terkasih. Tidurlah, kini dan nanti agar jiwamu kami wakili penuh waktu. Sepenuh hati. Sekelar jiwa. Mimpilah mimpi terindah dan termulia agar sampai menemukan jiwamu yang kemarin kering. Engkau jenis mustafa yang tidak takut pada takdir bangsa dungu yang mengerikan: tak ngeri dengan berkuasanya presiden plonga-plongo: tak peduli pada berkuasanya para cacing tanah perusak kuasa negara.

***

0 comments:

Post a Comment