EXTRA EXLESIAM NULLA MERCATUSA - Yudhie Haryono


Apakah kini yg terjadi dalam ekonomi-politik kita? Bekerjanya ekonomi tanpa sistem. Dalam bahasa yang salah kaprah dinamakan sistem ekonomi pasar. Apa itu? Adalah sistem ekonomi di mana seluruh kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.

Apa tengarainya? Elitenya tumpul; defisit ide dan gagasan. Negaranya kere; surplus penjahat dan brooker. Masyarakatnya sakit; distrust dan malas.

Tentu saja, mekanisme pasar gila ini mengunggulkan konglomerat dan begundal finansial plus korporat-keparat. Inilah sistem paling brutal sepanjang sejarah peradaban manusia di dunia.

Sistem ini dikerjakan via filsafat "membela yang bayar" dan larangan sakit bagi si miskin dan tuna kuasa (keduanya tak sanggup bayar). Ditradisikan via genosida minus pembunuhan: sebab yang terjadi adalah perbudakan massal.

Dalam sistem ini, faktor-faktor produksi dimiliki oleh swasta dan mereka mempunyai kebebasan untuk menggunakan semau-maunya. Sektor perusahaan akan berusaha untuk menggunakan cara paling koruptif sambil mencari keuntungan yang paling maksimum.

Sistem perekonomian pasar bebas mencapai tujuan tersebut melalui interaksi di antara pengusaha dan pembeli di dalam pasar tanpa campur tangan negara dan pihak-pihak lain yang tak dianggap penting.

Adam Smith, dalam bukunya “An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations" menulis bahwa ciri dari sistem ekonomi pasar adalah:

  1. Setiap orang bebas memiliki barang, termasuk barang modal; 
  2. Setiap orang bebas menggunakan barang dan jasa yang dimilikinya; 
  3. Aktivitas ekonomi ditujukan untuk memperoleh laba; 
  4. Semua aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh swasta;
  5. Pemerintah haram melakukan intervensi pasar; 
  6. Persaingan dilakukan secara bebas; 
  7. Peranan modal adalah utama; 
  8. Kesenjangan makin lebar;
  9. Kuasa modal menentukan kuasa dalam segala hal.

Dus, sistem ini tidak mengurus hal-hal yang jadi problem negara postkolonial: keterjajahan, kemiskinan, kebodohan, kesakitan, kesenjangan, ketakmandirian, ketergantungan, kebingungan, kegelapan.

Jadi, tanpa sistem atau sistem pasar adalah "kebenaran" yang di luarnya salah. Tak ada kebenaran kecuali pasar dan pasarlah pusat kebenaran. Di mana agama dan ideologi? Kini, keduanya dipasarkan secara murah dan tak laku lagi. Itulah mengapa orang seperti Jokowi dan Ahok yang dipasarkan agar menjadi penjaga pasar. Sulit untuk tidak mengatakan keduanya sebagai budak korporasi (anak haram dari perselingkuhan singa, naga dan banteng). Selanjutnya lahirlah kabinet korporasi dan pejabat korporat yang bersikap keparat.

Akhirnya, yang idealis, konstitusional dan waras akan menolak. Jika sedia, ia akan kalah dan binasa.

Karena itu, hati-hatilah kawan!

***

0 comments:

Post a Comment