Aku punya tesis sederhana: Siapa pun yang
mempelajari kisah Muhammad secara utuh akan membencinya, atau mengaguminya.
Hanya dua kemungkinan itu, tidak diantaranya, tidak yang lain.
Utbah bin Rabiah, salah satu musuh
Muhammad, setelah mempelajari verbatim Quran dengan seksama, memberi nasihat
pada teman-temannya, “Tinggalkan Muhammad sendiri, kata-katanya (Quran) kelak akan
membara di luar sana dan karenanya dia akan dihabisi. Kalau dia habis, keinginan
kita terpenuhi. Kalau dia menang, kedaulatan dan kekuatannya kelak akan kita
nikmati juga”. Teman-teman Utbah mencela, “Kau sudah tersihir kata-kata
Muhammad”.
Sayangnya mereka salah, Utbah setia dengan
teman-temannya dan mati dalam sebuah peperangan melawan Muhammad. Nasihat Utbah
objektif, dan terbukti. Muhammad akhirnya menang, dan kaumnya menikmatinya.
Apa yang Muhammad punya untuk menang?
Bahasa dan ritual. Bukan dalam teks, murni verbal. Bukan ritual formalitas,
tapi ketundukan (Islam). Muhammad dengan orkestra bahasanya mampu menghasilkan
nada-nada yang dibutuhkan untuk mereformasi bangsanya, diantaranya: kontroversi
(pelecehan), ketakutan (neraka), harapan (kekuasaan), mimpi (surga), persatuan
(monoteisme), dan solidaritas (jihad). Dengan bahasa, Muhammad mampu menundukkan
emosi-emosi terdalam dari manusia dan mengendarainya. Untuk memastikan
ketundukkan itu, Muhammad menguncinya melalui ritual. Karena itu kita bisa
mengukur secara dramatis keimanan seseorang melalui ritualnya. Dalam jargonnya,
Muhammad membenarkan ini, “Salat adalah tiang agama”.
Tentu saja sebelum memperalat bahasa dan
ritual Muhammad terlebih dulu menundukkan dirinya sendiri. Dalam deskripsi
sederhana, Muhammad adalah seorang stoic. Punya satu tujuan yaitu
berkuasa, dan tidak pernah membiarkan emosinya tunduk pada segala rintangan dan
hambatan untuk mencapainya. Karena itu, seluruh gerakannya selalu persisten dan
konsisten, efektif dan efisien.
Muhammad menemukan formula sederhana untuk
berkuasa: tundukkan dirimu, kuasai bangsamu, taklukkan dunia. Muhammad memahami
realita dunia secara sederhana: Penguasa berganti, perbatasan berubah, kekaisaran
berguguran, tetapi manusia konstan. Karenanya, menguasai manusia berarti
menguasai dunia. Ketika wafat, Muhammad telah menguasai sebagian besar tepi
barat semenanjung Arab, selanjutnya seperti prediksi Utbah, kaumnya menikmati
kekuasaan dan kedaulatan Muhammad, menguasai sebagian besar dunia.
Dalam bukunya, Michael Hart menempatkan
Muhammad dalam posisi pertama dari seratus orang paling berpengaruh di dunia
sepanjang sejarah. Alasannya, Muhammad adalah pemimpin yang sangat sukses baik dalam
level sekuler maupun religius. Bahkan, belasan abad setelah wafatnya, pengaruh Muhammad
mampu menundukkan miliaran manusia dan meresap secara terus menerus.
Salah atau benar, baik atau buruk, Muhammad
akan selalu menjadi tokoh yang diperdebatkan. Seperti tesisku di paragraf awal,
mempelajari kisahnya hanya memberiku dua pilihan, membenci atau mengagumi. Dan
aku mengaguminya.
Muhammad, kau adalah racun!/Kemana pun kau
melangkah aku akan melangkah/Kalau boleh memilih kehidupan, aku akan memilih
menjadi dirimu/kalau aku Yesus, aku akan membangkitkanmu/kalau Tuhan tidak ada,
aku akan menyembahmu!
***
Mantul tenan
ReplyDelete