MUHAMMAD DAN KEKUASAAN - Arsjad Yusuf



Aku punya tesis sederhana: Siapa pun yang mempelajari kisah Muhammad secara utuh akan membencinya, atau mengaguminya. Hanya dua kemungkinan itu, tidak diantaranya, tidak yang lain.

Utbah bin Rabiah, salah satu musuh Muhammad, setelah mempelajari verbatim Quran dengan seksama, memberi nasihat pada teman-temannya, “Tinggalkan Muhammad sendiri, kata-katanya (Quran) kelak akan membara di luar sana dan karenanya dia akan dihabisi. Kalau dia habis, keinginan kita terpenuhi. Kalau dia menang, kedaulatan dan kekuatannya kelak akan kita nikmati juga”. Teman-teman Utbah mencela, “Kau sudah tersihir kata-kata Muhammad”.

Sayangnya mereka salah, Utbah setia dengan teman-temannya dan mati dalam sebuah peperangan melawan Muhammad. Nasihat Utbah objektif, dan terbukti. Muhammad akhirnya menang, dan kaumnya menikmatinya.

Apa yang Muhammad punya untuk menang? Bahasa dan ritual. Bukan dalam teks, murni verbal. Bukan ritual formalitas, tapi ketundukan (Islam). Muhammad dengan orkestra bahasanya mampu menghasilkan nada-nada yang dibutuhkan untuk mereformasi bangsanya, diantaranya: kontroversi (pelecehan), ketakutan (neraka), harapan (kekuasaan), mimpi (surga), persatuan (monoteisme), dan solidaritas (jihad). Dengan bahasa, Muhammad mampu menundukkan emosi-emosi terdalam dari manusia dan mengendarainya. Untuk memastikan ketundukkan itu, Muhammad menguncinya melalui ritual. Karena itu kita bisa mengukur secara dramatis keimanan seseorang melalui ritualnya. Dalam jargonnya, Muhammad membenarkan ini, “Salat adalah tiang agama”.

Tentu saja sebelum memperalat bahasa dan ritual Muhammad terlebih dulu menundukkan dirinya sendiri. Dalam deskripsi sederhana, Muhammad adalah seorang stoic. Punya satu tujuan yaitu berkuasa, dan tidak pernah membiarkan emosinya tunduk pada segala rintangan dan hambatan untuk mencapainya. Karena itu, seluruh gerakannya selalu persisten dan konsisten, efektif dan efisien.

Muhammad menemukan formula sederhana untuk berkuasa: tundukkan dirimu, kuasai bangsamu, taklukkan dunia. Muhammad memahami realita dunia secara sederhana: Penguasa berganti, perbatasan berubah, kekaisaran berguguran, tetapi manusia konstan. Karenanya, menguasai manusia berarti menguasai dunia. Ketika wafat, Muhammad telah menguasai sebagian besar tepi barat semenanjung Arab, selanjutnya seperti prediksi Utbah, kaumnya menikmati kekuasaan dan kedaulatan Muhammad, menguasai sebagian besar dunia.

Dalam bukunya, Michael Hart menempatkan Muhammad dalam posisi pertama dari seratus orang paling berpengaruh di dunia sepanjang sejarah. Alasannya, Muhammad adalah pemimpin yang sangat sukses baik dalam level sekuler maupun religius. Bahkan, belasan abad setelah wafatnya, pengaruh Muhammad mampu menundukkan miliaran manusia dan meresap secara terus menerus.

Salah atau benar, baik atau buruk, Muhammad akan selalu menjadi tokoh yang diperdebatkan. Seperti tesisku di paragraf awal, mempelajari kisahnya hanya memberiku dua pilihan, membenci atau mengagumi. Dan aku mengaguminya.

Muhammad, kau adalah racun!/Kemana pun kau melangkah aku akan melangkah/Kalau boleh memilih kehidupan, aku akan memilih menjadi dirimu/kalau aku Yesus, aku akan membangkitkanmu/kalau Tuhan tidak ada, aku akan menyembahmu!

***

1 comment: