MASYARAKAT POSTFUNDAMENTALIS - Yudhie Haryono


Jika tekhnologi koloni planet lain makin berkembang dan berhasil, apa dampak terbesar yang akan terlihat? Pasti kalian tidak tak sampai memikirkannya.

Jika manusia-manusia jenius telah nyaman di planet lain; jika terbentuk pemukiman manusia cerdas di planet lain; jika itu terjadi, bagaimana agama kalian yang lucu-lucu itu bertahan?

Masihkah kampanye dan dakwah arah kiblat mirip Muhamadiyah? Masihkah debat qunut mirip Nahdlatul Ulama? Masihkah ribut soal celana dan jenggot model salafi, HTI, peka-es dan kabib-kabib yang dungu itu? Masihkah jedotin jidat hingga hitam dan ribut jam berapa sahur, kapan idul fitri dimulai, kapan mulai puasa, berapa jam lama puasa dan hal-hal pariferal lainnya mirip para fundamentalis?

Subhanallah. Apa kira-kira yang ada di pikiran para jahil yang mengaku ustad? Apa kira-kira fatwa dari selebritis pembual di tv-tv dan radio? Apa yang akan dilakukan para arabis yang jualan haji-umrah dan gamis? Apa yang akan dibualkan para ontanis soal sunnah dan jilidan kertas itu? Yang jelas, ormas dan partai "islam" akan makin sepi.

Dus, kini rasanya kita perlu lompatan besar dan dramatik dalam memaknai agama (islam). Kalau masih seperti para jahilis di atas, kita akan hidup dalam the end of religions. Yang akan terjadi adalah masyarakat post fundamentalis. Atau sekuleris? Kita akan jadi saksi dari episode yang dahsyat ini.

Apa pasal? Beberapa usaha serius manusia telah menempatkan planet Mars dan Bulan bakal menjadi destinasi bulan madu. Manusia-manusia jenius ini sangat yakin bahwa hanya masalah waktu untuk akhirnya bisa menerapkan penjelajahan antariksa yang akhirnya akan menjadi opsi liburan reguler; bahkan tempat tinggal abadi.

Sejarah penaklukan ruang angkasa dan planet lain sedang terjadi. Kaum muslim tertinggal sangat jauh. Kita masih ribut menggunakan hisab atau rukyat dalam memastikan awal puasa. Teks-teks islam dan para pengkajinya masih mimpi basah dan di area purba. Tentu sambil klaim dan onani masuk syorga.

Karena itu, yang perlu diperhatikan bagi kita adalah harus membuka kembali cakrawala. Meluaskan kecerdasan semesta. Mendentumkan kejeniusan zaman. Dan, bagi yang menjelajah luar angkasa dalam kurun waktu yang lama adalah lingkungan fisik dan efek psikologis mereka agar tahu bahwa dunia bukan sekedar syorga neraka, arabis kafiris dan agamis sekuleris.

Doktrin dan kurikulum agama harus berubah total. Dari doktrin jahiliyah (abu jahal) dan kurikulum fundamentalis (abu lahab) menjadi doktrin bintang dan kepemimpinan. Jika kita dalam berislam tak menjadi leitstar (bintang komandan) maka tak usahlah mengaku muslim. Sebab, menjadi muslim indonesia bukan hanya harus mampu menjadi figur sentral moralis dan idealis tapi juga leitstar statis dan leitstar dinamis. Pada yang kedua, ada kewajiban dirinya menikam mati para agensi dan struktur yang menguasai sektor-sektor ekonomi-politik bergaya oligopolistik-monopolistik dng cara kartelis, oligarkis, kleptakrotis bahkan predatoris.

Pada yang pertama, ada kewajiban dirinya berkata, "jika kita diam hancur, atau bangkit bertempur." Dengan itu, kalian yang mengaku muslim sudah harus punya laku profetik, nasionalistik dan patriotistik dalam keseharian: kepemimpinan. Kesederhanaan dan kerja keras adalah laku profetik. Kecerdasan dan crank adl laku nasionalistik. Kejeniusan dan tekhnologi adalah laku patriotistik. Jika itu kalian lakukan sepetak dan tak holistik maka jiwa-jiwa kalian sesungguhnya bermental pecundang saja: fundamentalis yang fasis. Tak berguna buat nusa dan bangsa. Apalagi buat masa depan kemanusiaan.

Singkatnya, ketiga laku itu harus dikerjakan bersama untuk merealisasikan Indonesia sebagai kenangan dan harapan. Kenangan akan bumi atlantik yang mendunia dan harapan akan nusantara gemah ripah loh jinawi yang menerangi alam raya. Semaikan generasi emas, bibit tekhnologi raksasa dan tetapkan mental bersahaja.

Inilah wajah kaum muslim post fundamentalis. Aku yakin dan optimis. Akulah yang akan memimpin jika kalian tak ada yang siap maju mengkreasi peradaban.

***

0 comments:

Post a Comment