INDONESIAK, Yudhie Haryono


Terangmu tak segelap banjirmu. Dan, Purnama kini. Saatnya berpuisi. Siapa tahu habis ini mati. Sebab hidup tokh tak menarik lagi. Tak ada yang ngacengi.

Karenanya. Di ujung jalan gelap itu kutabur sesajen buat anak-anak muda pemuja ilmu dan pelaksana pengetahuan. Di ujung jalan itu kutabur beasiswa buat kalian yang melawan kuasa kolonial. Sebab kolonial bukan untuk dibela tapi dimusnahkan dari bumi pertiwi, republik tercinta.

Kasihku beriman pada senyap/Rinduku berkilau pada malam/Cintaku bersandar pada sepi/Nasibku sangat baik/Tapi tak seindah pelangi di matamu/Kini aku tersedak matahari/Tertimpa bumi/Terlindas rembulan/Tapi tak seberapa siksanya dari cintamu yang tak berbudi/

INDONESIAK
Jika ada tragedi yang tak cukup ditulis dengan seluruh pohon di dunia yang dijadikan pena, itulah sejarah tragedimu. Jika ada kerinduan yang tak cukup ditulis dengan seluruh air di alam raya sebagai tinta, itulah kisah rindumu.

Taukah dunia ini bahwa pemerentah kita mati? Nek mati ora obah. Nek obah medeni bocah. Maka, KKN tambah subur. Elite tambah fasis. Orang tua-tua tak memberi teladan. Lembaga negara saling serang dan perang. Birokrasi melayani "asingisasi." Satu-satunya prestasi pemerentah kini adalah: masih dianggap oleh rakyatnya di mana mereka masih mau bayar pajak padahal tahu pajak itu tak ada manfaatnya buat hidup mereka.

Maka. Tak ada yang mampu membuatku menoleh dan mengalihkan arah tatapan mataku dari kematian yang kutunggu-tunggu. Selalu. Rinduku pada mati tak pernah surut walau sedetik. Apalagi cuma kamu. Ya kamu. Indonesiaku.

INDONESIAK
Selemah-lemahnya muslim adalah "tukang doa." Dan, sebodoh-bodohnya orang adalah "tukang ziarah." Kita dan ummat hari ini sedang banjir tukang doa dan tukang ziarah. Dalam doa dan ziarah mereka, yang dijadikan tema hanya "auratisme dan fasisme."

Kini. Mari naikkan kwalitas diri. Dari saleh ritual ke saleh sosial. Tanpa itu, selesai sudah kisah kita di dunia dan jagat raya. Maka. Kalau kebahagiaan itu diperjual belikan, pasti aku kan membelinya ke mana dan di manapun kebahagiaan itu ditawarkan.

Kalau keimanan itu diobral murah seperti sampah, pasti aku kan mengoleksinya berapapun jumlahnya buat ditaruh di perpustakaan rumah.

Kalau cinta-kasih itu mudah didapatkan, pasti aku kan menimbunnya sekarung zaman agar kebahagianku tak terenggut waktu. Tapi kebahagiaan, keimanan dan cinta-kasih adalah soal keajaiban: di sembarang waktu dan tempat tak mudah didapat. Mereka seumur peradaban sekaligus selangka kebaikan di rumah Indonesia.

INDONESIAK
Jika engkau adalah subuh/Aku hanya dzuhurnya/sajadah dan kopiah hanya tanda/aksesoris semata.

Kata para ahli kesehatan dari seluruh penjuru alam gaib, pusing disebabkan 3 hal: 1)internal tubuh yang lemah. 2)serangan dari luar; virus dll. 3)beban pikiran yang berlebihan; putus cinta dll. Tapi ketiganya bisa diobati dengan satu macam obat: yaitu dollar via THR.

Tetapi. Mau dikatakan apa jika semuanya hanya ritual belaka/bukan methoda. Kita tak akan pernah paham makna sesungguhnya bertuhan/yang bukan sekedar menyembah dan pasrah/tangis dan sesal/berdoa dan berziarah.

Jika engkau di sana mentakdirkan diri/aku di sini melawan takdirNya yang gigantik/maka sejarah hatiku adalah kisah memilihmu/menternak luka/memanen sendu.

Jika aku bisa berkehendak dan membunuh waktu/ingin memeluk semua tragedi dan kutukan/sebab di hati ini hanya engkau kesedihan dan kesunyian terindah/yang membutuhkan setrilyun kerinduan untuk paham akan kejahiliyahan.

Tetapi. Jika engkau adalah sepak bola/aku bukan jak mania/Tanyaku: How the Indonesian Works? 1)Tembak mati semua koruptor dan nasionalisasi asetnya ke APBN. 2)Tembak mati semua komprador asing dan sita kekayaannya ke APBN. 3)Tembak mati semua neokolonialis (lokal dan asing) dan rebut kembali harta rampokannya ke APBN. 4)Tembak mati semua elite predatoris, kartelis, oligarkis, kleptokratis dan sita kekayaannya ke APBN. 5)Tembak mati semua birokrasi yang fasis, agamawan teroris plus rakyat apatis dan sita semua harta miliknya ke APBN.

INDONESIAK
Aku membeli album terbaru Andrea Bocelli untuk membunuh rindumu. Kau tau Bocelli kan? Penyanyi bersuara sorga dari dunia surgawi yang bersuara tenor tetapi menggenapkan jiwa-jiwa. Ada 13 lagu sorga buatmu: Maria (From West Side Story), La chanson de Lara (From Dr. Zhivago), Moon River (From Breakfast At Tiffany's), E piĆ¹ ti penso (From Once Upon A Time In America), Be My Love (From The Toast Of New Orleans), The Music Of The Night (From The Phantom Of The Opera).

Ada pula album Por Una Cabeza (From Scent Of A Woman), Sorridi amore vai (From Life Is Beautiful), Mi mancherai (From Il Postino/The Postman), Cheek To Cheek (From Top Hat), Brucia la terra (From The Godfather), No Llores Por Mi Argentina (From Evita), Nelle tue mani (Now We Are Free) (From Gladiator). Agar kau tahu bukan hanya dibba dan beduk di telingamu.

Di kotamu kutunggu ngopi dan menikmati Bocelli. Sebab alangkah lama kita merindu. Menumpuk rempah di tembikar gardu. Terdengar ombak membelah langit. Gema guntur membahana. Membunuh semua kecuali cinta.

INDONESIAK
Jika langit bisa runtuh. Jika bumi bisa dilipat. Jika mimpi bukanlah khayali. Jika revolusi bukanlah harapan jauh. Jika cinta adalah kenyataan. Jika indonesia ternyata kebenaran. Kau kan kuajak menikmati rembulan dan prahu. Sambil minum jamu.

Kata orang gila yang baru sadar, "ekonomi sejahtera bukan hanya milik orang yang berada, karena negara yang kuat tercipta dari kemakmuran merata bagi seluruh rakyatnya."

Kekasih. Kau ada di mana? Saat. Di negara ini, ya di sini. Di negara yang katanya Presidennya Jokowi, "keadilan lebih mudah didapatkan di luar pengadilan." Penjaga dan pelaksana hukum jadi jagal. Pemerintahnya bangga jadi sampah. Di negara sampah, tugas presiden dan penegak hukum seharusnya membersihkan sampah. Tapi yang terjadi sebaliknya: menjadi sampah via kebijakan-kebijakan prosedural berbelit-belit. Produktifitas palsu di semua lini.

Yang dikerjakan hanya mengatasi dengan pulsa. Di negeri sampah, hanya lalat dan ulat yang dapat berkat. Yang lain dapat laknat.

***

0 comments:

Post a Comment