AKIBAT PANCASILA KITA, Yudhie Haryono


Semua kini mencuri. Semua sudah mengutil. Semua praktek mencopet. Semua telah merampok. Ya semua. Bahkan sejak sebelum bekuasa. Mencari kekuasaan hanya untuk memperkuat tradisi mencuri. Inilah negara kleptokrasi. Republik Maling. Bangsa Para Pencuri. Negara Pancasila. Bangsa berketuhanan yang maha esa.

Kleptokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu klepto (maling/pencuri) dan kratein (pemerintahan). Arti luasnya pemerintahan para maling/pencuri. Negeri kleptokrasi artinya negeri yang diperintah oleh para maling atau pencuri yang bekerja sejak dari hati, pikiran dan perbuatannya untuk mengambil yang bukan haknya. Mereka bangga sekali terhadap perbuatannya seakan-akan tindakannya sama sekali tidak salah. Bertampang senyum di depan kamera dan membagi sedikit ke rumah ibadah dan yatim piatu plus partainya.

Kita tahu bahwa terminologi "kleptokrasi" menjadi sangat populer setelah digunakan oleh Stanislav dalam Kleptocracy or Corruption as a System of Government (1968) yang merujuk pada pemerintahan yang sarat praktek korupsi-korupsi-kolusi dan penggunaan kekuasaan-kekerasan yang bertujuan mencari keuntungan secara tidak halal. Akibatnya model pemerintahan dan budayanya berada di bawah kuasa para kleptomania, yaitu pengidap penyakit mencuri (KKN).

Dulu (1998), penyakit inilah yang kami libas karena merusak dan merupakan tradisi firaun Suharto saat menegakkan Ordeba. Rezim firaun Suharto adalah gotong-nyolong. Kisah begundal-kriminal-kolonial di puncak kuasa atas kedunguan istana!

Dalam psikologi, kleptomania adalah penyakit jiwa yang mendorong seseorang mencuri sesuatu, meskipun ia telah memiliki sesuatu yang dicurinya. Karena itu, pengidap penyakit kleptomania dikatakan berwatak greedy (serakah): dan itu musuh semua agama.

Negara kleptokrasi adalah negara yang menurut Friederich Nietzsche bagai monster destruktif dari yang paling jahat karena beroperasi dengan mencuri harta kekayaan sesama dengan bermacam alasan, sehingga elite korup ibarat kera yang saling mencakar untuk mendapatkan lawan jenis (wanita), harta dan tahta (3 kenikmatan tiada tara).

Kasus asap, aseng, freeport, OTT KPK, dll yg jadi telenovela bersambung menjadi bukti otentik bahwa kita semua telah menjadi kleptomania kapan saja dan di manapun berada. Inilah agama kita kini. Gotong-nyolong. Agamamu adalah mencuri. Tidak mencuri maka kamu tidak beragama. Tradisimu adalah korupsi. Tidak korupsi maka kamu tidak punya tradisi.

Korupsi dan kleptokrasi bertambah sempurna karena disokong oleh budaya politik oligarki dan sistem pemerintahan plutokrasi. Oligarki adalah kekuasaan di tangan segelintir orang, politisi dan pengusaha.

Sedangkan plutokrasi adalah pemerintahan yang diatur dan dikendalikan oleh sekelompok orang kaya yang mengambil keuntungan materi dari dana yang dikucurkan negara.

Politik oligarki adalah suatu konfigurasi politik yang didominasi kelompok elite yang mengerjakan politik melalui transaksi-transaksi yang saling menguntungkan di antara elite sendiri saja. Di dalam konfigurasi politik yang oligarkis, keputusan-keputusan penting kenegaraan ditetapkan oleh para elite negara secara kolutif dan koruptif, sehingga keberadaan mereka ibarat di negeri kleptokrasi.

Kini, kisah kawanku Joko Widodo adalah cerita gotong-nyolong. Kisah begundal-kriminal-kolonial di puncak kuasa atas kedunguan istana yang mengulang-ulang saja. Tidak ada yang baru walau ia mengklaim anak ideologis Soekarno. Tidak ada dentuman walau ia didukung partai perjuangan. Tidak ada trobosan walau ia alumni kampus bertradisi pahlawan. Tidak ada gagasan walau pada awalnya memproklamirkan revolusi mental dan nawa cita.

Dus, kini mubazir. Remuk seremuk-remuknya. Jahil sejahil jahilnya. Dikendalikan konglomerat hitam dan dikadali pembisik culas dan dikangkangi pemikir begundal kolonial neoliberal.

Apa solusinya? Revolisi putih: Trias-revolusi: Revolusi total.

***

0 comments:

Post a Comment