MEMELUK MASA DEPAN - Yudhie Haryono

Kawan-kawan yang bijak. Kini kita harus jujur betapa sulit mengandalkan elite. Betapa tidak berdayanya ummat. Betapa lemahnya angkatan perang (TNI/POLRI). Betapa lumpuhnya negara. Kampus-kampus sekarat. Pesantren-pesantren mati. Sumber-sumber kepemimpinan kita binasa. Semua tak berdaya.

Alih-alih mereka menjadi dewa penolong atau ratu adil yang ditunggu, mereka kini sudah bersekutu dengan para penjajah yang dulu diusir para pahlawan. Lahirlah oligarki, kleptokrasi, kartel yang predatorik. Kini terhampar luas di depan kita kepalsuan yang luar biyasa: negara palsu, ijasah palsu, uang palsu, makanan palsu, vaksin palsu, janji palsu, dll.

Apa yang harus kita kerjakan? Tinggalkan ritual. Campakkan kemarahan. Tradisikan persatuan. Organisasikan diri dalam gotong-royong. Rebut kekuasaan. Dengan cara apapun dan di manapun. Tetapi manfaatkan kekuasaan itu nanti untuk melakukan kerja raksasa. Agar dahsyat, inilah 10 program utamanya: 

  1. Rekayasa pangan organik; 
  2. Rekayasa genetika; 
  3. Rekayasa atom; 
  4. Rekayasa herbal; 
  5. Rekayasa stemm cell;
  6. Rekayasa energi terbarukan; 
  7. Rekayasa komputer kuantum; 
  8. Rekayasa koloni planet dan tata surya; 
  9. Rekayasa singularitas dan keabadian; 
  10. Rekayasa tekhnologi laut dan udara.

Kesepuluh kuasa atas tekhnologi itu harus kita kerjakan karena perang kecerdasan di masa depan itu akan membuat kita kalah. Dan, jika kalah maka kita hanya akan memastikan stabilitas penjajahan 1000 tahun ke depan.

KESADARAN PROGRAM KUASA PERTAMA ADALAH REKAYASA PANGAN ORGANIK SEBAGAI SENJATA PERANG.

Kita harus sadar bahwa perang pangan itu sudah dan akan terus terjadi. Perang pangan adalah aksi suatu negara atau aliansi negara yang berupaya mendominasi kebutuhan pangan di suatu negara. Di sini ada negara yang mengatur dan ada negara yang diatur kondisi dan situasi pangannya.

Negara yang memiliki strategi kebijakan pangan yang jitu dipastikan memenangi pertarungan dan memiliki pengaruh terhadap negara-negara lainnya. Artinya, negara yang menguasai pangan akan menguasai dunia.

Ingat. Di komunitas Asean saja, kurang lebih ada 570 juta jiwa setiap harinya membutuhkan pangan. Dan, dari 10 negara-negara itu, Indonesia adalah negara berjumlah perut terbanyak (42,43%) untuk dipenuhi kebutuhan pangannya. Disusul Filipina (15,41%), Vietnam (14,65%), dan Thailand (11,48%). Bukankah ini potensi yang sangat besar dari sisi bisnis dan ancaman perang?

Perang pangan dimulai dengan perampasan tanah (massive land grabbing) dan hak paten bibit lalu diakhiri dengan praktek impor-ekspor. Yaitu model pengambilalihan kepemilikan tanah di negara miskin oleh perusahaan multinasional. The Economist dalam laporannya tahun 2009 mencatat bahwa total sekitar 37-49 juta hektar yang telah dirampok sejak tahun 2006.

Jumlah itu akan terus bertambah di tahun berikutnya karena pangan bersambung dengan energi dan kepastian hidup di masa depan. Demikian pula hak paten adalah cara memastikan negara miskin sebagai budak yang tak punya hak milik. Mereka hanya jadi alat produksi; mesin penghasil. Lalu, kreasi kebijakan ekspor bahan mentah dan impor barang jadi, memastikan arsitektur penjahahan dan perang pangan. Negara miskin jadi konsumen; penikmat yang wagu plus paria.

Karena itu, salah satu cara menggenggam masa depan adalah menguasai hal-ikhwal pangan. Menguasai tekhnologi pangan. Dan, pangan organiklah jawabannya. Pangan organik adalah pangan alami. Ia terbukti mengurangi polusi (udara, air dan tanah), menghemat air, mengurangi erosi, meningkatkan kesuburan tanah, dan hemat energi. Ia anti peptisida dan kimia sehingga lebih baik bagi ekosistem (petani dan konsumen) yang berada di sekitarnya.

Tanpa kuasa pangan yang meraksasa, kita adalah mutan koloni lama yang dipermak dalam kedunguan baru. Bulan dan tahun ini mestinya jadi pondasi kesadaran kita bersama: hidup mulia atau miskin masuk neraka.

***

0 comments:

Post a Comment