KEPADA YTH PARA ULAMA - Yudhie Haryono

Kutulis surat ini karena kami menghormati kalian dan tidak tahu lagi harus mengadu ke mana.

Ekonomi di sekitarku ambruk. Begitupula ekonomiku. Kami kerja keras, tapi itu tak cukup. Beberapa kawan dosen gagal bayar kartu kridit sebab pemasukan di luar gaji, nol. Beberapa kawan main golf menghentikan hobi karena bisnisnya lesu. Beberapa kawan main badminton juga berhenti karena gaji kerja tak cukup lagi untuk salurkan keriuhan. Jauh sebelum mereka, beberapa penulis berubah jadi gojek karena honor tulisan tak lagi datang. Di samping itu, buku-buku makin tak laku. Media membayar gratis para nara sumber.

Yang paling parah, ada janda tua dari perwira tinggi di angkatan udara zaman Bung Karno dimatikan PLN rumahnya karena tak bayar listrik sudah setahun.

Rerata teman-temanku sudah lima tahun makan tabungan (mantab) sebagai cara bertahan hidup yang makin mahal. Daya bayar mereka mati. Daya beli hanya turun drastis. Daya tahan (hidup) masih lumayan walau sangat sengsara.

Kalian tahu mengapa kami makin mati daya bayarnya? Sebab semua naik. Apa ada yang tak naik harga sejak Pak Jokowi berkuasa? Apa ada negara setelah pelantikan beliau sebagai presiden? Rasanya kami hanya melihat penjual dan pengutang saja di depan mata. Berdasi dan blusukan ke sana ke mari, tapi tak berdampak ekonomi sama sekali.

Jadi, kalau ada yang bilang ekonomi kita baik-baik saja, pasti dia orang gila. Ia pasti tambah gila jika hidup untuk tahun-tahun berikutnya. Tetapi calon-calon penggantinya juga sama saja. Lalu, apa yang kami akan lakukan?

Binun tiada tara. Loyo kaki. Sesak napas tiada henti.

Terlihat beratus-ratus tanda bahwa ekonomi negeri akan memburuk, sangat buruk. Dan, kami masih bingung lalu berdoa saja. Ya. Hanya bisa berdoa dalam cemas dan getas.

***

0 comments:

Post a Comment