KEBUDAYAAN PANCASILA - Yudhie Haryono (MWA UTIRA)

TENTU, ia dasar negara. Petunjuk kita dalam  berbangsa. Kedudukannya bagi warganegara adalah sebagai budaya kewargaan. Dus, bagi Indonesia menjadi extra ecclesiam nulla pancasila.

Mengapa pancasila menjadi budaya warga? Karena sebelum disahkan menjadi dasar negara, nilai-nilai tersebut telah ada dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu berupa nilai adat istiadat, suku, kebudayaan dan nilai agama.

Para pendiri negara kemudian mengangkat nilai-nilai tersebut dan merumuskannya secara musyawarah mufakat berdasarkan moral yang luhur malalui sidang BPUPKI, Panitia Sembilan, dan sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) menjadi "lima yang satu dan satu yang lima" dalam kehidupan kita semua.

Pancasila merupakan puncak kebudayaan bangsa Indonesia yang sangat bernilai. Sesuatu dikatakan bernilai apabila memiliki nilai guna (berguna), berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral), dan nilai religius (nilai agama).

Kita sadar bahwa kehidupan manusia dalam masyarakat baik sebagai pribadi maupun kelompok selalu berhubungan dengan nilai, moral dan norma. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang berharga, yang berasal dari budi luhur manusia.

Dalam menghadapi alam sekitarnya, manusia membuat sesuatu dengan budi pekertinya. Sesuatu yang diciptakan manusia disebut kebudayaan.

Nilai-nilai pancasila sebagai budaya bangsa Indonesia adalah berketuhanan. Dalam sila ini terdapat nilai rohani yang mengatur hubungan negara dan agama, hubungan manusia dengan tuhan, alam raya serta nilai hak asasi manusia.

Kedua, berkemanusiaan. Dalam sila ini terkandung nilai cinta kasih, nilai kesopanan, membela kebenaran, kecerdasan dan menghormati orang lain.

Ketiga, berpersatuan. Dalam sila ini terkandung nilai yang menjunjung tinggi tradisi perjuangan dan kerelaan untuk berkorban serta menjaga kehormatan bangsa dan negara. Persatuan adalah alat sekaligus cita-cita kita berbangsa.

Keempat, berkerakyatan. Dalam sila ini terkandung nilai agar manusia Indonesia menjunjung tinggi tanggung jawab terhadap keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Juga tanggung jawab terhadap Tuhan dengan cara menegakkan kebenaran, keadilan, kehidupan yang bebas, adil, dan sejahtera.

Kelima, berkeadilan. Dalam sila ini terkandung nilai keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan baik jasmani maupun rohani. Nilai-nilai dalam sila ini meliputi keselarasan, keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta nilai kedermawanan terhadap sesama.

Kelima nilai itu berlaku statis yang terjilid dengan empat program dinamis: melindungi, menyejahterakan, mencerdaskan dan mentertibkan.

Dus, mestinya nilai-nilai pancasila sebagai budaya bangsa hidup dan berkembang dalam masyarakat Indonesia. Nilai-nilai tersebut menjadi sumber moral dan menciptakan kebudayaan di manapun dan kapanpun.

Selanjutnya, Pancasila menjadi sumber dari kebudayaan bangsa meliputi seni, adat istiadat, pemikiran, tata cara bergaul, ekonomi, sikap, dan sifat manusia Indonesia. Dengan landasan Pancasila maka kebudayaan yang tumbuh merupakan kebudayaan yang baik, rasional dan progresif. Ia juga landasan untuk menyaring kebudayaan asing yang merusak dan brutal.

Karenanya kini, kebudayaan itu sedang digempur warisan budaya kolonial: melupa, mendendam, myopic, inlander dan instan. Ia juga sedang digerus budaya neoliberalisme: oligarkis, predatoris, plutokratis dan kartelis.

Dus, agar tak kalah dalam perang kecerdasan ini, ia harus dituliskan ulang, dikurikulumkan, ditradisikan dan dipraktekkan serta diwariskan ke semua generasi secara pasti.

***

0 comments:

Post a Comment