SOAL HIDUP - Yudhie Haryono


Kepadamu Yang Sedang Bekerja

Berani hidup, tak takut mati. Takut hidup, mati saja. Takut mati, hiduplah berarti. Hidup cuma sekali, hiduplah dengan jati diri. Demikianlah nasihat guru-guruku saat remaja.

Kini, kita semua sedang "kembali" menjalani hidup. Setelah semilyar detik mati. Mari kini kita kembali bermimpi tentang apa yang ingin kita impikan: pergi ke tempat-tempat yang kita ingin pergi; menulis tentang apa-apa yang benar dan jujur; mengkritik tentang kehancuran mental dan moral di semua lini.

Dan, jadilah seperti yang kita inginkan karena kita hanya memiliki satu kehidupan dan sedikit kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kita kerjakan.

Bermimpi hidup bersama keadilan; pergi bersama kesejahteraan; menjadi diri sendiri bersama kemerdekaan, kemandirian, kemodernan dan kemartabatan (5K); bercinta dengan kekasih idaman; bersenda-gurau dengan keluarga harmonis adalah soal subtansi berindonesia kini.

Tetapi, kawan-kawanku semua, "apapun kualitas makanan dan sekolah kalian, dengan berbagai retorika dan argumentasi teoritik, pada akhirnya yang diperlukan kini, adalah watak intelektualisme yang mujtahid, mujadid, revolusioneris dan asketis. Semua harus menyatu menjadi kesadaran genetik setiap warganegara. Tanpa itu semuanya absurd: tidak ada keadilan sosial, tidak ada kesetaraan sosial, tidak ada kemerdekaan individual dan negara, bahkan kita tidak lebih dari perampok yang kapitalistik dan menjadi sumber ancaman publik plus mengkhianati konstitusi."

Kalian yang bijak bestari. Betapa kalian berdiskusi diakhiri berdoa menutup mata khusuk sekali. Saat terbangun membuka mata, semua SDA dan SDM sudah dicuri. Jadilah kita generasi miskin. Lalu KKN saat berkuasa. Ah kita kok jd begini lugu, naif dan blusukan saja? Kok tak ada dentuman besar dan tak ada pahlawan? Engkau di mana. Kalian sedang apa.

Karenanya, mari menghisab (menghitung) diri sendiri, sebelum diri kita semua dihisab kelak. Menghitung hal-hal yang mungkin sering lupa dan alpa: seperti peringatan orang bijak di masa purba, "ingat masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Ingat masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Ingat masa kayamu sebelum datang masa miskinmu. Ingat masa lapangmu sebelum datang masa sempitmu. Ingat masa hidupmu sebelum datang masa matimu."

Mari menyanyi. Lagunya Raisa. Berjudul jatuh hati. Agar tak pengap dan jijik lihat gigi jokowi. "Ada ruang hatiku yang kau temukan/Sempat aku lupakan kini kau sentuh/Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati/Kuterpikat pada tuturmu/Aku tersihir jiwamu/Terkagum pada pandangmu/Caramu melihat dunia/Kuharap kau tahu bahwa kuterinspirasi hatimu/Kutak harus memilikimu/Tapi bolehkah ku selalu di dekatmu/

Ada ruang hatiku kini kau sentuh/Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati/Katanya cinta memang banyak bentuknya/Yang kutahu pasti sungguh aku jatuh hati/"

Aku bahagia menyanyikannya. Itulah cinta dan hidup yang seharusnya dijalani. Berbahagia, bercinta dan saling bercerita dengan riang gembira. Terimakasih atas waktu dan cinta yang menyegarkan hidup dan kehidupan.

Dengan berlinang air mata kini kuminta padamu, jadilah pengingatku wahai bidadariku. Alarm saat aku lupa dan tua. Sebab tugas terbaik kekasih adalah saling menjaga, mengkritik dan melindungi.

***

0 comments:

Post a Comment