KEDAULATAN IDEOLOGI - Yudhie Haryono


Kita akan mulai dengan pertanyaan penting. Apakah gunanya ideologi bila hanya akan membuat negara dan warganya menjadi asing, bingung dan bengong di tengah kenyataan problemnya?

Pertanyaan ini penting sebab, secara leksikon, ideologi adalah kumpulan kulminatif gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.

Karena itu, ideologi pancasila pastinya berdaulat karena punya lima hal: 1)Tumbuh subur di hati dan ucapan rakyat (belum di tindakan dan ilmu pengetahuan); 2)Ia mencakup nilai-nilai positif, edukatif, luas dan adaptif; 3)Menghibridasi berbagai ideologi-ideologi besar dunia; 4)Berhasrat mengatur ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Pemerintah sehingga tidak mengorbankan rakyat; 5)Bersifat anti penjajahan sepanjang hayat, sehingga pro kemerdekaan, perikemanusiaan, perikeadilan dan gotong-royong.

Dengan lima kelebihan ini, ideologi pancasila bertugas untuk mengembalikan kehidupan bernegara sebagai bagian strategis dari strategi kebudayaan nasional menuju terbangunnya peradaban Indonesia Raya dengan tata nilainya yang sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan, revolusi, hibridasi dan amanah pembukaan UUD 1945.

Menjadi Indonesia via ideologi pancasila dan amanah pembukaan UUD 1945, pada dasarnya, adalah membangun peradaban berkemanusian yang berkelas dunia.

Agar ideologi ini berdaulat, Sudharnoto menulis lagunya: Garuda pancasila/Akulah pendukungmu/Patriot proklamasi/Sedia berkorban untukmu/Pancasila dasar negara/Rakyat adil makmur sentosa/Pribadi bangsaku/Ayo maju maju. Ideologi inilah yang akan memastikan gemuruh peradaban Indonesia Raya. Apanya yang raya? Posisinya yang inspiratif.

Sebagai sebuah gagasan, negara pancasila adalah republik yang anti feodalisme (siapa ortumu); anti fasisme (apa ijasahmu); anti fundamentalisme (apa agamamu); anti kapitalisme (berapa dolarmu); anti suara dominan (mayorokrasi); anti suara kecil (minorokrasi). Maka, ia menjadi dasar negara, yang berkehendak untuk memastikan keadilan dan kesentosaan. Tanpa realisasi keadilan, pancasila tak berdaulat. Tanpa praktik kesentosaan, pancasila hanya jargon semata. Dus, kedaulatan ideologi dan ideologi yang berdaulat itu kunci mula bagi tegakknya bangsa dan negara plus warganya.

Dengan id yang berdaulat, ia akan menjadi strategi dan taktik sekaligus sehingga menjadi jalan menuju kemenangan-kegemilangan. Sebab, taktik tanpa strategi atau strategi tanpa taktik hanyalah kebisingan menuju kekalahan. Karenanya yang diperlukan kini, adalah watak agensi intelektualisme-spiritualisme-sosialisme-kapitalsosial yang mujtahid, mujadid, revolusioneris dan asketis. Semua harus menyatu menjadi kesadaran genetik setiap warganegara. Tanpa itu, semuanya absurd: tidak akan ada keadilan sosial, tidak ada kesetaraan sosial, tidak ada kemerdekaan warga dan negara, bahkan kita tidak lebih dari perampok yang kapitalistik dan menjadi sumber ancaman publik plus mengkhianati cita-cita proklamasi plus pendiri republik.

Singkatnya, di zaman global, id (plus logos) negara-bangsa kita perlu taktik terbaru dalam hubungan internasionalnya agar tak memproduksi kekalahan-kegelapan yang menternak budak bodoh dan dimiskinkan kolonial yang memetamorfosa dalam wujud oligarki.
***

0 comments:

Post a Comment