KIDUNG KEGILAAN - Yudhie Haryono

Aksara. Apa yang tak gila di sekitar kita? Semua menyempurna dalam ketidakwarasan massal. Kerakusan dan iri dengki membuncah banjir bandang di antara kawan dan saudara. Kalian hanya korban-korban tak berdaya.

Seperdetik pasca seruput kopi pagi, ijinkanlah kukecup kedua pipimu. Kulafalkan doa harap-harap cemas. Kecupan bukan hanya ada dalam khayal angan. Sebab kutahu, sekitarmu juga ganas luwarbiyasa. Terutama pemerintahmu yang tak tahu malu.

Kini, aku membaca buku seperti biasa. Tapi esok pagi, saat kita buka jendela, pasti didapati seikat puisi dan prosa cantik yang terketik di beranda fb. Juga mawar-mawar kewarasan sebagai anti tesa sekitarmu. Juga sarapan sehat sebagai alternatif asupanmu.

Engkau tahu, waktu merambat sangat pelan. Malaikat tak mencabut nyawa sekarang. Maka, aku mulai bosan bercumbu dengan bayang-bayang. Aku mulai jijik menyaksikan takdirNya yang berulang: soal kejahiliyahan plus simbol-simbol. Mengaku muslim padahal kafir.

Maka, sudah lama aku tak temukan diri. Tak tahu lagi harus menari; tak hafal lagi teks doa; lupa taruh dupa di mana. Tak sudi lagi menyambut pagi, membuang sial, menista sepi.

Kini bahkan menang dan kalah tak lagi menarik. Terutama sejak perjalanan terakhir. Saat ibumu dibunuh penjahat utusan para pembesar kerajaan. Saat kalian dibajak oleh pikiran rombeng yang tak kumengerti. Sungguh kini aku bertanya-tanya, apa yang terdapat di nalarnya; apa yang tersimpan di mata mereka?

Jika semua gila, kita bisa apa? Cukupkah mengetik galau, "barangkali di tengah telaga ada tersisa butiran cinta." Ataukah berdoa lirih di sela tangis, "semoga kerinduan ini bukan jadi mimpi di atas mimpi." Ketikan dan doa selalu jadi pelarian walau hasilnya nol belaka. Sungguh. Terlalu.

Jika semua tak waras, kita mau apa? Mungkin sekedar menyampaikan hasrat kerinduan pada hitam ikal rambutmu dan binar matamu yang lucu. Dan tak ada lagi sikap mengutuk dan membiarkan kubernyanyi, menari dan berdansa demi jiwa yang risau tak jadi-jadi. Semoga kegilaan mereka tak menulariku di sisa umur sia-sia ini.

***

0 comments:

Post a Comment