LOGIKA ELBEPEH - Yudhie Haryono

Ada pepatah lama bilang, "jika seseorang sakit, periksa diri dulu. Apa yg terjadi dan makan apa sehingga dirinya sakit. Lawanlah penyakit itu dengan diri sendiri dulu. Kalau tak kuasa, baru datang ke dokter untuk membantu memulihkan sakitnya. Tetapi, subjeknya tetap, dirinya sendiri."

Indonesia ini terbalik. Setiap sakit selalu meminta dokter intervensi. Tak menggali dirinya dahulu untuk melumpuhkan penyakit itu. Tak percaya bahwa di dalam tubuhnya ada mekanisme kekebalan tubuh.

Ke dokter itu baik. Tetapi tanpa keinginan kuat "dari dalam" untuk sembuh, semua akan kecanduan dengan "eksternalisme." Yaitu perasaan bahwa sakitnya tak bisa disembuhkan kecuali oleh orang lain.

IMF&WB itu dokter. Krisis itu sakit. Apa dayanya Indonesia melawan krisis? Selalu panggil-panggil IMF&WB. Cuma itu. Sembuhkah sakitnya? Hanya dik elbepeh yang tahu hik7. Yang jelas, sakit kita tak pernah benar-benar sembuh.

Logika elbepeh ini menarik karena ilojik. Mengapa? Karena krisis adalah cara para kapitalis merekapitalisasi kapitalnya berlipat ganda melewati ambang batas waras.

Dus, begini kisahnya. "Kau tahu pangkal krisis? Tanya Prof Paul Krugman suatu kali pada mahasiswanya."

Adalah, "iman pada pasar yang berlebihan." Terutama pasar finansial di mana IMF&WB sebagai biangnya. Padahal, mereka (kita bisa menyebutnya neoliberalisme) itu penyakit kangker. Ia makin lama makin resisten terhadap vaksin sehingga ketika bertamu, kita butuh dosis yang makin tinggi untuk mengusirnya.

Tetapi, saat bertamu kembali, dampak kerusakan ekonomi negara yang terlalu beriman makin dahsyat. Mirip obat yang harus naik terus dosisnya untuk menghadapi penyakit yang makin canggih saktinya.

Neoliberalism is unstable because it is a financial and accumulating system with yesterday, today n tomorrows (last, now n next) with greedy. They make instability like a normal result.

***

0 comments:

Post a Comment