HUTAN DAN HANTU KUNO - Yudhie Haryono



Engkau. Kekasihku yang entah di mana dan hidup sebagai apa~

Menemukanmu kembali seperti menjelajahi peradaban kuno dan antik. Fantastis, itulah ungkapan untuk menggambarkan eksotisme megalitikum dirimu. Sebab hidupmu masih berkutat pada kepercayaan terhadap nenek moyang lama berbasis batu hitam (hajar aswad). Kehadiranmu dan kepercayaanmu tentu saja dipicu oleh adanya inovasi-inovasi teknologi pada masyarakat akhir prasejarah yang membawa dampak dalam perkembangan kebudayaan dan agama purba penyembah ketiadaan (tuhan, hantu dan hutan).

Manusia yang semula hidupnya bergantung sepenuhnya pada alam melalui berburu dan meramu, kemudian berubah mulai menguasai alam sekitarnya. Segala upaya dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melalui penyempurnaan kegiatan, baik dalam cara-cara pembiakan ternak, pemilihan benih-benih tanaman, maupun dalam penemuan alat-alat batu yang cocok untuk keperluan sehari-hari. Lalu mengurung diri dlm penyembahan saat kalah melawan ketidakadilan (sujud, zikir, ziarah dan istighozah). Tubuhnya disucikan dengan selembar kain yang diselubung-selubungkan. Penanda mereka takut dunia yang bebas dan indah. Hari-harinya hanya bergulat dalam halal dan haram.

Maka, kau kini adalah sosok kuntilanak peradaban kuno yang hidup dan eksis di zaman edan. Takut berbikini tapi seksi berburdah kuno ala ontanis yang merasa sudah punya kapling di syorga. Tapi kutahu kau bukan pengikut si Rizik yang berisik.

***

0 comments:

Post a Comment