PARAGRAF KE 192 - Yudhie Haryono

 


Kawan. Sejarah uang orang kaya di dunia adalah uang gelap hasil penjajahan dengan menjarah emas, perak dan berlian negara jajahan. Merkantilisme tradisional seperti VOC menjadikan Netherland sebagai negara kecil kaya raya di Eropa. Raja dan Ratu Netherland hidup mewah di tengah penderitaan rakyat tanah jajahan di Hindia Belanda.

Begitu juga dengan Great Britain, France, Prusia, Portugis semuanya hidup dalam kemewahan di atas penderitaan tanah jajahan. Uang mereka beranak-pinak sampai saat ini dan itu menjaga hegemoni mereka, lalu dijadikan uang pinjaman korporasi melalui jalur uang global via IMF, WB dll.

Negara miskin pinjam uang yang didapat dari merampas sumber daya mereka yang sudah berubah bentuk menjadi uang di pasar finansial yang dioperasionalkan oleh hedge fund global. Pinjam uang milik sendiri, dalam bahasa kaum milenial.

Merkantilisme ini tetap berjalan mencari mangsa baru. Lahirlah Jepang, Korea Selatan dan sekarang Tiongkok yang tidak masuk dalam orbit merkantilisme barat di bawah pengaruh Yahudi. Tiongkok or China ini pemain lama berbaju baru, lewat Obor dll yang efektif memperdaya negeri-negeri dungu seperti kita.

Di kita, mereka berkolaborasi dengan proxy dan dikopi metodanya. Lahirlah road map bisnis konglomerasi hitam di kita menjadi: bisnis perbankan, lalu ke bisnis tambang/sawit (ekstraktif), lanjut bisnis aset tanah/property (apartemen, hotel) masuk lagi ke rumah sakit (jualan tempat inap harian+jasa kesehatan+alat kesehatan), lanjut ke maskapai penerbangan (jualan kursi dan monopoli).

Mereka mengoperasionalkan semua jenis bisnis; yang terang, setengah terang, gelap bahkan yang gelap gulita. Mereka keruk tanpa bicara moral uang itu halal atau haram. Yang ada adalah jumlah yang terus bertambah. Karena merkantilisme hanya berbicara untung dan untung. Mereka produksi via pengaruh, bedil dan kekuasaan. Apapun jalan harus ditempuh. Halalkan. Tak ada yang haram. Termasuk suap semua elite agamawan agar befatwa sesuai perintah mereka.

Semua itu karena para pemilik merkantilisme tidak ingin dapat saingan baru di tingkat lokal dan internasional yang mengganggu pengaruh dan posisi mereka selama ini. Coba lihat begundal-begundal baru dari ilmuwan, agamawan, raja lokal dan tokoh yang kini bangga jadi "anjing penjaga modal" daripada menjaga rakyat dan moral.

INI CERITAKU UNTUKMU. MANA CERITAMU UNTUKKU?

0 comments:

Post a Comment