BUKAN PENYEMBAH POHON - Gabriel Hartanto



Aku terhenyak mendengar pernyataan seseorang yang katanya tokoh Agama (tak ingin ku sebutkan namanya dalam tulisan ini) berkata dalam narasinya yang meluap-luap: "jika bukan karena orang Arab, dia (nama seseorang yang juga tak ingin ku sebutkan di sini) mungkin masih menyembah pohon!".


"Alamak, jadi moyang ku di Nusantara sebelum kedatangan orang Arab (dengan agamanya itu) adalah para penyembah pohon?" pikir ku. “Benarkah demikian?”

Lalu aku mencoba membuka lembaran buku-buku sejarah yang ada ditumpukan lemari buku milik ku. Ku baca baik-baik semua hal yang tercatat dalam timeline Nusantara sebelum tahun-tahun dimana penganut agama dari Arab mendominasi Nusantara pada akhir tahun 1500M.

Lalu aku catat beberapa kenyataan tentang Nusantaraku ...

Ternyata, dari beberapa sumber sejarah, kepercayaan Hindu masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya sekitar abad ke-15 SM. Dan sejak tahun 200 SM, Kerajaan Hindu Dwipa Jawa diperkirakan eksis di Jawa dan Sumatra. Aku bisa saja menuliskan daftar kerajaan-kerajaan besar bercorak Hindu yang pernah eksis di Nusantara, namun karena pertimbangan efisiensi waktu (agar para pembaca tak perlu berlama-lama membaca tulisan ini) maka ku putuskan tak menulisakannya disini. Dan dari banyaknya sumber literasi yang ku baca, kenyataannya umat Hindu tidak pernah menyembah pohon. Tak ada satupun literasi tentang umat Hindu, juga umat Budha, yang menuliskan tentang ritual umat Hindu Budha yang menyembah pohon.

Kembali pada kajian tentang masyarakat Nusantara, baik Pulau Jawa dan Sumatra sejak jauh-jauh hari sebelum Masehi telah sangat dipengaruhi budaya yang besar dari sub benua India selama milenium pertama dan kedua Masehi. Baik agama Hindu dan juga Buddha berbagi latar belakang sejarah yang sama dan keanggotaannya kala itu bahkan tumpang tindih di saat yang sama (seseorang dapat bersamaan memeluk agama Buddha dan juga Hindu), secara luas disebarkan di Asia Tenggara Maritim.

 

Agama Hindu dan bahasa Sanskerta sebagai bahasa penyebarnya, menjadi sangat bergengsi di Jawa. Banyak candi Hindu yang dibangun, termasuk Prambanan di dekat Kota Yogyakarta, yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia; dan kerajaan Hindu berkembang sangat hebat nan masyur, yang paling signifikan adalah Kerajaan Majapahit.

 

Pada abad ke-6 dan abad ke-7 banyak kerajaan maritim muncul di Sumatra dan Jawa yang menguasai perairan di Selat Malaka dan berkembang seiring meningkatnya perdagangan laut antara Tiongkok dan Hindustan dan selewatnya. Selama saat ini, cendekiawan-cendekiawan dari Hindustan dan Tiongkok mengunjungi kerajaan-kerajaan tersebut untuk menerjemahkan teks-teks sastra dan agama. Bayangkan Nusantara telah menjadi pusat kajian sastra dan agama, para cendekiawan masa itu datang dari India dan Tiongkok ke Nusantara.

 

Di antara kerajaan-kerajaan Hindu Jawa, yang paling dianggap penting adalah Majapahit, yang merupakan kerajaan terbesar dan kerajaan Hindu terakhir yang signifikan dalam sejarah Indonesia. Majapahit berpusat di Jawa Timur, memerintah sebagian besar dari apa yang sekarang merupakan Indonesia modern dari sana. 

 

Tentang kebesaran Majapahit ini, seorang Pastur dari Eropa bernama ODORICO yang berkesempatan mampir dalam perjalanan misinya di tanah Jawa, menuliskan tentang WILWATIKTA yang dikunjungi dan dilihatnya sendiri pada tahun 1322, saat Raja Jayanegara bertahta; “Maharaja di pulau ini (Jawa) mempunyai banyak istana yang mengagumkan. Karena saking besarnya, anak tangga atau undak-undaknya pun besar, luas dan tinggi. Bahkan anak tangganya diselang seling dengan emas dan perak. Bahkan jalanan atau trotoar disusun menggunakan satu ubin emas dan satu ubin perak yang berselang-seling. Demikian pula dengan dinding istananya, berlapis emas. Di bagian luarnya banyak ukiran-ukiran ksatria-ksatria dari emas. Banyak dari kepala patung ksatria tersebut dikelilingi lingkaran-lingkaran emas seperti orang-orang suci (Santo). Sangat menakjubkan karena seluruh lingkaran-lingkaran tersebut ditaburi permata. Selain itu, langit-langit istana dibuat dari emas murni. Singkatnya tempat ini lebih kaya dan lebih mewah dari tempat manapun di dunia saat ini".

Dari pernyataan Pastur tersebut dapat dibayangkan betapa mewah istana dan juga jalanan yang ada disana ketika itu.

Kehebatan Majapahit ditorehkan pula dalam Kakawin Jawa Kuno Negarakretagama, yang ditulis pada tahun 1365 oleh Mpu Prapanca. Jika kita mau membaca dan mempelajari isinya, ini adalah catatan tentang negara besar yang pernah ada di Nusantara, dan negara besar yang ditulis didalamnya itu adalah MAJAPAHIT.

Kebesaran Majapahit itu kemudian mulai runtuh pada tahun 1478 oleh konflik internal; perebutan tahta, perang saudara dan ketiadaan penerus yang mumpuni. Konflik internal tersebut ditambah oleh mulai menguatnya pengaruh Islam di Nusantara.

Sisa-sisa kerajaan Majapahit bergeser ke Bali pada abad ke-16 setelah Majaphit benar-benar dihancurkan oleh negara-negara Islam di wilayah pesisir Jawa.

Akhir dari semua yang ku baca, kesimpulan bermuara pada kesadaran bahwa moyangku adalah history maker. Mereka telah menuliskan sejarahnya pada artefak-artefak besar yang tak lekang oleh waktu dan tak lapuk oleh hujan. Candi-candi Megah yang ada di Nusantara adalah warisan moyang ku yang hebat, maju dan keren.. bangunan-bangunan itu telah menjadi situs warisan dunia.. Sejarah tentang Nusantara yang pernah besar dan megah. Nusantara, sebelum hadirnya orang Arab atau dibawah dominasi pengaruh Islam, penduduknya BUKAN PENYEMBAH POHON !

0 comments:

Post a Comment